May 25, 2007

Terimakasih Tuhan

Pagi ini, tidak biasanya saya menempuh perjalanan naik angkot ke kantor. Bukan apa-apa, memang kantor saya tidak jauh dari rumah tempat tinggal saya. Namun, tadi malam saya menginap di rumah saudara, karena ada urusan penting. Jadilah pagi ini saya naik angkot.

Kebetulan saya duduk di depan, silau nakal matahari pagi memaksa saya memejamkan mata dan memang sambil mengantuk, karena semalam lama berdiskusi dengan saudara saya. Tiba-tiba saya tertarik oleh sebuah pemandangan. Di sebrang jalan berdiri seorang bapak paruh baya. Beliau hendak menyebrang dan bermaksud menumpangi angkot yang saya tumpangi. Apa yang menarik? Bukankah itu pemandangan biasa di jalan raya setiap hari?

Namun, bagi saya pagi ini ada hikmah luar biasa. Kenapa? iya, Bapak itu, bapak yang usianya sekitar 40 tahun, wajahnya ganteng, senyum di wajahnya menunjukkan betapa ia begitu bersemangat berangkat kerja.

Hm... masih penasaran. Hikmah luar biasa? Apa maksudnya? Iya, bapak itu.. beliau menjinjing tas, yang isinya map dan amplop-amplop. saya tidak tahu isinya apa. saya juga tidak tau profesinya apa. Apakah beliau karyawan, guru, sales, debt collector, entahlah.

Makin bingung? iya, wajar. artinya anda hanyut dengan cerita saya. Apa yang menarik perhatian saya, apa yang membuat saya tergelitik memilih judul begitu. Iya, bapak itu, beliau tidaklah seperti saya. tidak seperti saya yang mempunyai tangan lengkap, mempunyai kaki yang sempurna. Beliau mempunyai tangan cacat. entah seperti apa,saya pun kurang jelas. tapi yang pasti beliau tidak memiliki jari tangan yang lengkap, ukuran tangan yang normal, telapak tangan yang lebar. Pun, beliau tidak punya dua kaki yang lengkap yang bisa menopang tubuhnya. Kaki beliau mungkin hanya selutut saja. Mungkin tinggi badannyapun tidak sampai 1 meter kotor. Ingat dengan Hee Ahh Lee, si tangan lobster yang mahir memainkan tuts-tuts pianonya? Mungkin ukuran tubuh beliau persis seperti dia.

Tapi semangat itu, wajah berseri itu? Tidak ada beban di wajahnya. Dia mensyukuri keadaannya. Sampai ke pemberhentian terakhir angkot yang saya tumpangi pagi ini, beliau pun turun. entah menuju ke arah mana, saya tidak sempat lagi memperhatikannya. Dan saya juga tidak mau menunjukkan kalau saya memperhatikan beliau.

Saya meneruskan perjalanan saya. sepanjang jalan, saya merenungkan kembali pemandangan tadi. yang baru beberapa menit berlalu. Dalam hati aya mulai berkata, terimakasih Tuhan atas tubuh yang sempurna ini, terimakasih Tuhan atas dua kaki, dua tangan, dua mata, mulut, dan semuanya. Ini sungguh sempurna.

Ada semangat baru yang timbul setelah melihat pemandangan itu. Iya... rasa bersyukur atas banyak hal. Ternyata begitu banyak yang saya lewatkan selama ini. Ternyata sering tanpa kita sadari, kita mengeluhkah hal-hal yang seharusnya tidak perlu dikeluhkan. Tuhan begitu baik pada kita. Tuhan memberikan sesuatu yang kita butuhkan, bukan yang kita inginkan.

Bahkan bapak itu, beliau masih bisa memberikan senyumnya yang tulus, mengalirkan semangatnya bagi yang bisa merasakannya. Terimakasih Tuhan untuk pelajaran berharga pagi ini.

Banyak pelajaran berharga yang bisa kita petik setiap hari, setiap waktu, setiap menit, bahkan dalam setiap helaan nafas. Oleh sebab itu berterimakasih kepadaNya. Kepada dia si pemberi hidup.

1 comment:

Rika Purba said...

postingan 2 thn yang lalu. oh my God