Mar 31, 2011

A Baby Girl Is ...
















A baby girl is...
eyes that mesmerize,
drawing all time, energy and focus
to her unique attractions.
Smiles and giggles,
bringing more thrills,
pleasure and satisfaction
than any amount of money can buy.
Sweet, soft,
feminine baby fragrance...
inhaled happiness.
Growing, changing,
in your eyes appearing
more beautiful every day,
your baby girl is all that,
and so much more.


By Joanna Fuchs

F.A.M.I.L.Y


Mutiara kehidupan adalah keluarga. Setiap orang dilahirkan dan dibentuk dalam sebuah keluarga. Entah ia memang dilahirkan sebagai yatim dan atau piatu, tetapi pasti saat dalam pengasuhan ia tetap memiliki sebuah keluarga, mungkin Panti Asuhan, mungkin orangtua angkat, dsb. Keluarga bisa diartikan saat dalam sebuah komunitas kita tumbuh dan berkembang menjadi pribadi yang utuh dan menjadi berkat bagi orang lain. Keluarga tidak selalu terdiri dari ayah, ibu dan anak tetapi lebih dari sekedar hubungan orangtua dan anak. Keluarga adalah tempat persemaian benih cinta.



Tak ada seorang pun yang bisa meminta untuk dilahirkan dalam sebuah keluarga sebagaimana yang diinginkannya. Dengan demikian, Tuhan mau mengajarkan kepada kita bahwa hidup penuh cinta berarti menerima sebagaimana adanya dengan kondisi orang-orang di sekitar kita apa adanya, dengan sifat dan keadaannya, dengan pengasuhan dan peristiwa hidup, dengan cinta dan juga ketulusan.



Tiada yang paling indah di dunia ini, selain saya menyadari bahwa saya dicintai oleh keluarga. Saat saya tak punya pilihan dan tak berharga, keluarga adalah komunitas yang mengakui eksistensi hidup saya. Keluarga mengajarkan saya untuk tak mudah menyerah terhadap keadaan yang terjadi karena keadaan adalah kondisi yang tercipta, sementara Iman, Cinta dan Harapan adalah yang menguatkan hati untuk tetap hidup meski keadaan sejatinya tak tertolong. Kekuatan cinta memang tiada taranya, yang memampukan setiap bahasa di dunia ini menjadi indah didengar. Kekuatan cinta memampukan saya untuk merasakan makna sebuah keluarga.

Mar 30, 2011

Kisah Niccolo Paganini dan Biolanya




Niccolo Paganini, seorang pemain biola yg terkenal di abad 19, memainkan konser untuk para pemujanya yg memenuhi ruangan. Dia bermain biola dengan diiringi orkestra penuh, Tiba-tiba salah satu senar biolanya putus.

Keringat dingin mulai membasahi dahinya tapi dia meneruskan memainkan lagunya.

Kejadian yg sangat mengejutkan senar biolanya yg lain pun putus satu persatu hanya meninggalkan satu senar, tapi dia tetap main.

Ketika para penonton melihat dia hanya memiliki satu senar dan tetap bermain, mereka berdiri & berteriak, “Hebat, Hebat…”

Setelah tepuk tangan riuh memujanya,
Paganini menyuruh mereka untuk duduk.

Mereka menyadari tidak mungkin dia dapat bermain dengan satu senar.

Paganini memberi hormat pada para penonton dan memberi isyarat pada dirigen orkestra untuk meneruskan bagian akhir dari lagunya itu.

Dengan mata berbinar dia berteriak,
“Paganini dengan satu senar”

Dia menaruh biolanya di dagunya dan memulai memainkan bagian akhir dari lagunya tersebut dengan indahnya.

Penonton sangat terkejut & kagum pada kejadian ini.

PESAN MORAL,
Hidup kita dipenuhi oleh persoalan, kekuatiran, kekecewaan & semua hal yg tidak baik.

Secara jujur, kita seringkali mencurahkan terlalu banyak waktu mengkonsentrasikan pada senar kita yg putus & segala sesuatu yg kita tidak dapat ubah.

Apakah anda masih memikirkan senar-senar Anda yg putus dalam hidup Anda?

Apakah senar terakhir nadanya tidak indah lagi?

Jika demikian, saya ingin menganjurkan JANGAN MELIHAT KE BELAKANG,
MAJULAH TERUS,
mainkan senar satu-satunya itu,
mungkinkanlah itu dengan indahnya.

TUHAN akan menolong Anda…

Playing

Mar 29, 2011

Kedua kalinya

Aku baru tiba di kantor. Baru saja meletakkan tas dan duduk sembari menyalakan computer. Drrrrrr..ddrrrrrr… henponku bergetar. Ada sms masuk. Dari Atik adikku yang jagain Bev. Tumben sms aku jam segini, batinku. Aku buru-buru buka dan baca smsnya. Bunyinya:
” Kak, Bev jatuh dari tempat tidur, tapi dia tidak apa-apa kok. Kepalanya duluan, jidatnya merah. Tapi udah kupijat-pijat kok”.

Aku terkesiap membaca sms itu. Lalu aku menelepon adikku Atik. Aku berusaha untuk tidak panik.

“Halo “ kata Atik di sebrang sana

“Kenapa bisa jatuh? “ Kataku

“ Iya, tadi kan dia tidur, aku sambil buka laptop di meja kerja. Eh, tiba-tiba aku denger suara brakkkkk”

“Trus? “ Lanjutku

“Iya, tapi dia ceria kok. Cuman tadi pas kupijat pijatnya dia nangis kencang.” Kata Atik

“Bagian mana yang duluan jatuh?” Kataku

“Nggak tau, soalnya dia sudah telentang pas aku liat.” Kata Atik

Tentunya nalusi seorang ibu bergetar mendengar anaknya jatuh dari tempat tidur. Rasanya pengen berlari pulang ke rumah dan mendekap, mengelus-elus kepala Bev yang benjol nyium lantai.

Itulah peristiwa untuk kedua kalinya Bev jatuh dari tempat tidur. Setelah itu akhirnya kami memutuskan untuk menurunkan tempat tidur springbed bertingkat dua. Karena tidak bisa dijamin Bev akan terjun bebas lagi untuk ketiga-keempat, kelima kalinya.

Walau dikata klo belum jatuh delapan kali bukan bayi namanya, tapi kan takut juga kalau-kalau nanti malah kenapa-kenapa ya. Satunya kasurnya kami pakai, satunya lagi diungsikan ke rumah si bou. Mana si bou lagi tidak di tempat. Mudah-mudahan si bou nanti pas pulang ke rumahnya tidak keberatan.

I did it, I did it

Seperti biasa sebelum menulis apa-apa di blog sendiri aku pasti blogwalking dulu ke blog teman-teman selain liat dasboard untuk approved comment tentunya. Sampai kadang-kadang lupa apdet di blog sendiri karena keasikan baca sana sini.

Yayyyy... siang ini aku tertarik dengan edit fotonya mbak Reni. Hasilnya bisa jadi macam-macam. Aku coba utak-atik foto Bev juga. Biar lebih kelihatan cantik gituh loh.

Aku coba pakai beberapa link edit foto yang mbak Reni pakai. Tapi kucinta banget dengan hasil loonapix ini. Aku hanya pakai satu objek foto Bev. Klik...klikk...kliiiikkk dannnnn...

Ini dia hasil editan dadakan siang ini. I DID IT!! I DID IT!! Sambil jingrak-jingrak ala dora.


cinta banget dengan ini, foto Bev mejeng di atas Piano.



Bev is a present :)






cute calendar buat wallpaper kompi deh..

Mar 24, 2011

Sharing: Smart Patient

Category: Books
Genre: Health, Mind & Body
Author: dr. Agnes Tri Harjaningrum

Sharing, semoga berguna buat yang membaca...

(dikutip dari buku "Smart Patient" karya dr. Agnes Tri Harjaningrum - http://bundaagnes.multiply.com/)

** Dimana Salahnya?**

Malik tergolek lemas. Matanya sayu. Bibirnya pecah-pecah. Wajahnya kian
tirus. Di mataku ia berubah seperti anak dua tahun kurang gizi. Biasanya aku selalu mendengar celoteh dan tawanya di pagi hari. Kini tersenyum pun ia tak mau. Sesekali ia muntah. Dan setiap melihatnya muntah, hatiku tergores-gores rasanya. Lambungnya diperas habis-habisan seumpama ampas kelapa yang tak lagi bisa mengeluarkan santan. Pedih sekali melihatnya terkaing-kaing seperti itu.

Waktu itu, belum sebulan aku tinggal di Belanda, dan putraku Malik terkena demam tinggi. Setelah tiga hari tak juga ada perbaikan aku membawanya ke huisart (dokter keluarga) kami, dokter Knol namanya.

"Just wait and see. Don’t forget to drink a lot. Mostly this is a viral infection." kata dokter tua itu.

"Ha? Just wait and see? Apa dia nggak liat anakku dying begitu?" batinku meradang. Ya…ya…aku tahu sih masih sulit untuk menentukan diagnosa pada kasus demam tiga hari tanpa ada gejala lain. Tapi masak sih nggak diapa-apain. Dikasih obat juga enggak! Huh! Dokter Belanda memang keterlaluan! Aku betul-betul menahan kesal.

"Obat penurun panas Dok?" tanyaku lagi.

"Actually that is not necessary if the fever below 40 C."

Waks! Nggak perlu dikasih obat panas? Kalau anakku kenapa-kenapa memangnya dia mau nanggung? Kesalku kian membuncah.

Tapi aku tak ingin ngeyel soal obat penurun panas. Sebetulnya di rumah aku sudah memberi Malik obat penurun panas, tapi aku ingin dokter itu memberi obat jenis lain. Sudah lama kudengar bahwa dokter disini pelit obat. Karena itu aku membawa setumpuk obat-obatan dari Indonesia, termasuk obat penurun panas.

Dua hari kemudian, demam Malik tak kunjung turun dan frekuensi muntahnya juga bertambah. Aku segera kembali ke dokter. Tapi si dokter tetap menyuruhku wait and see. Pemeriksaan laboratorium baru akan dilakukan bila panas anakku menetap hingga hari ke tujuh.

"Anakku ini suka muntah-muntah juga Dok," kataku.

Lalu si dokter menekan-nekan perut anakku. "Apakah dia sudah minum suatu obat?"

Aku mengangguk. "Ibuprofen syrup Dok," jawabku.

Eh tak tahunya mendengar jawabanku, si dokter malah ngomel-ngomel,"Kenapa kamu kasih syrup Ibuprofen? Pantas saja dia muntah-muntah. Ibuprofen itu sebaiknya tidak diberikan untuk anak-anak, karena efeknya bisa mengiritasi lambung. Untuk anak-anak lebih baik beri paracetamol saja."

Huuh! Walaupun dokter itu mengomel sambil tersenyum ramah, tapi aku betul-betul jengkel dibuatnya. Jelek-jelek begini gue lulusan fakultas kedokteran tau! Nah kalau buat anak nggak baik kenapa di Indonesia obat itu bertebaran! Batinku meradang.

Untungnya aku masih bisa menahan diri. Tapi setibanya dirumah, suamiku langsung menjadi korban kekesalanku."Lha wong di Indonesia, dosenku aja ngasih obat penurun panas nggak pake diukur suhunya je. Mau 37 keq, 38 apa 39 derajat keq, tiap ke dokter dan bilang anakku sakit panas, penurun panas ya pasti dikasih. Sirup ibuprofen juga dikasih koq ke anak yang panas, bukan cuma parasetamol. Masa dia bilang ibuprofen nggak baik buat anak!" Seperti rentetan peluru, kicauanku bertubi-tubi keluar dari mulutku.

"Mana Malik nggak dikasih apa-apa pulak, cuma suruh minum parasetamol doang, itu pun kalau suhunya diatas 40 derajat C! Duuh memang keterlaluan Yah dokter Belanda itu!"

Suamiku menimpali, "Lho, kalau Mama punya alasan, kenapa tadi nggak bilang ke dokternya?"

Aku menarik napas panjang. "Hmm…tadi aku sudah kadung bete sama si dokter, rasanya ingin buru-buru pulang saja. Tapi…alasannya apa ya?"

Mendadak aku kebingungan. Aku akui, sewaktu praktek menjadi dokter dulu, aku lebih banyak mencontek apa yang dilakukan senior. Tiga bulan menjadi co-asisten di bagian anak memang membuatku kelimpungan dan belajar banyak hal, tapi hanya secuil-secuil ilmu yang kudapat. Persis seperti orang yang katanya travelling keliling Eropa dalam dua minggu. Menclok sebentar di Paris, lalu dua hari pergi ke Roma. Dua hari di Amsterdam, kemudian tiga hari mengunjungi Vienna. Puas beberapa hari berdiam di Berlin dan Swiss, kemudian waktu habis. Tibalah saatnya pulang lagi ke Indonesia. Tampaknya orang itu sudah keliling Eropa, padahal ia hanya mengunjungi ibukota utama saja. Masih banyak sekali negara dan kota-kota di Eropa yang belum disambanginya. Dan itu lah yang terjadi pada kami, pemuda-pemudi fresh graduate from the oven Fakultas Kedokteran. Malah kadang-kadang apa yang sudah kami pelajari dulu, kasusnya tak pernah kami jumpai dalam praktek sehari-hari. Berharap bisa memberikan resep cespleng seperti dokter-dokter senior, akhirnya kami pun sering mengintip resep ajian senior!

Setelah Malik sembuh, beberapa minggu kemudian, Lala, putri pertamaku ikut-ikutan sakit. Suara Srat..srut..srat srut dari hidungnya bersahut-sahutan. Sesekali wajahnya memerah gelap dan bola matanya seperti mau copot saat batuknya menggila. Kadang hingga bermenit-menit batuknya tak berhenti. Sesak rasanya dadaku setiap kali mendengarnya batuk. Suara uhuk-uhuk itu baru reda jika ia memuntahkan semua isi perut dan kerongkongannya. Duuh Gustiiii…kenapa tidak Kau pindahkan saja rasa sakitnya padaku Nyerii rasanya hatiku melihat rautnya yang seperti itu. Kuberikan obat batuk yang kubawa dari Indonesia pada putriku. Tapi batuknya tak kunjung hilang dan ingusnya masih meler saja. Lima hari kemudian, Lala pun segera kubawa ke huisart. Dan lagi-lagi dokter itu mengecewakan aku.

"Just drink a lot," katanya ringan.

Aduuuh Dook! Tapi anakku tuh matanya sampai kayak mata sapi melotot kalau batuk, batinku kesal.

"Apa nggak perlu dikasih antibiotik Dok?" tanyaku tak puas.

"This is mostly a viral infection, no need for an antibiotik," jawabnya lagi.

Ggrh…gregetan deh rasanya. Lalu ngapain dong aku ke dokter, kalo tiap ke dokter pulang nggak pernah dikasih obat. Paling enggak kasih vitamin keq! omelku dalam hati.

"Lalu Dok, buat batuknya gimana Dok? Batuknya tuh betul-betul terus-terusan," kataku ngeyel.

Dengan santai si dokter pun menjawab,"Ya udah beli aja obat batuk Thyme syrop. Di toko obat juga banyak koq."

Hmm…lumayan lah… kali ini aku pulang dari dokter bisa membawa obat, walau itu pun harus dengan perjuangan ngeyel setengah mati dan walau ternyata isi obat Thyme itu hanya berisi ekstrak daun thyme dan madu.

"Kenapa sih negara ini, katanya negara maju, tapi koq dokternya kayak begini." Aku masih saja sering mengomel soal huisart kami kepada suamiku. Saat itu aku memang belum memiliki waktu untuk berintim-intim dengan internet. Jadi yang ada di kepalaku, cara berobat yang betul adalah seperti di Indonesia. Di Indonesia, anak-anakku punya langganan beberapa dokter spesialis anak. Dokter-dokter ini pernah menjadi dosenku ketika aku kuliah. Maklum, walaupun aku lulusan fakultas kedokteran, tapi aku malah tidak pede mengobati anakanakku sendiri. Dan walaupun anak-anakku hanya menderita penyakit sehari-hari yang umum terjadi pada anak seperti demam, batuk pilek, mencret, aku tetap membawa mereka ke dokter anak. Meski baru sehari, dua atau tiga hari mereka sakit, buru-buru mereka kubawa ke dokter. Tak pernah aku pulang tanpa obat. Dan tentu saja obat dewa itu, sang antibiotik, selalu ada dalam kantong plastik obatku.

Tak lama berselang putriku memang sembuh. Tapi sebulan kemudian ia sakit lagi. Batuk pilek putriku kali ini termasuk ringan, tapi hampir dua bulan sekali ia sakit. Dua bulan sekali memang lebih mendingan karena di Indonesia dulu, hampir tiap dua minggu ia sakit. Karena khawatir ada yang tak beres, lagi-lagi aku membawanya ke huisart.

"Dok anak ini koq sakit batuk pilek melulu ya, kenapa ya Dok."

Setelah mendengarkan dada putriku dengan stetoskop, melihat tonsilnya, dan lubang hidungnya,huisart-ku menjawab,"Nothing to worry. Just a viral infection."

Aduuuh Doook… apa nggak ada kata-kata lain selain viral infection seh! Lagilagi aku sebal.

"Tapi Dok, dia sering banget sakit, hampir tiap sebulan atau dua bulan Dok," aku ngeyel seperti biasa.

Dokter tua yang sebetulnya baik dan ramah itu tersenyum. "Do you know how many times normally children get sick every year?"

Aku terdiam. Tak tahu harus menjawab apa. "enam kali," jawabku asal.

"Twelve time in a year, researcher said," katanya sambil tersenyum lebar. "Sebetulnya kamu tak perlu ke dokter kalau penyakit anakmu tak terlalu berat," sambungnya.

Glek! Aku cuma bisa menelan ludah. Dijawab dengan data-data ilmiah seperti itu, kali ini aku pulang ke rumah dengan perasaan malu. Hmm…apa aku yang salah? Dimana salahnya? Ah sudahlah…barangkali si dokter benar, barangkali memang aku yang selama ini kurang belajar.

Setelah aku bisa beradaptasi dengan kehidupan di negara Belanda, aku mulai berinteraksi dengan internet. Suatu saat aku menemukan artikel milik Prof. Iwan Darmansjah, seorang ahli obat-obatan dari Fakultas Kedokteran UI. Bunyinya begini: "Batuk - pilek beserta demam yang terjadi sekali-kali dalam 6 - 12 bulan sebenarnya masih dinilai wajar. Tetapi observasi menunjukkan bahwa kunjungan ke dokter bisa terjadi setiap 2 - 3 minggu selama bertahun-tahun." Wah persis seperti yang dikatakan huisartku, batinku. Dan betul anak-anakku memang sering sekali sakit sewaktu di Indonesia dulu.

"Bila ini yang terjadi, maka ada dua kemungkinan kesalahkaprahan dalam penanganannya," Lanjut artikel itu. "Pertama, pengobatan yang diberikan selalu mengandung antibiotik. Padahal 95% serangan batuk pilek dengan atau tanpa demam disebabkan oleh virus, dan antibiotik tidak dapat membunuh virus. Di lain pihak, antibiotik malah membunuh kuman baik dalam tubuh, yang berfungsi menjaga keseimbangan dan menghindarkan kuman jahat menyerang tubuh. Ia juga mengurangi imunitas si anak, sehingga daya tahannya menurun. Akibatnya anak jatuh sakit setiap 2 - 3 minggu dan perlu berobat lagi.

Lingkaran setan ini: sakit –> antibiotik-> imunitas menurun -> sakit lagi, akan membuat si anak diganggu panas-batuk-pilek sepanjang tahun, selama bertahun-tahun."

Hwaaaa! Rupanya ini lah yang selama ini terjadi pada anakku. Duuh…duuh..kemana saja aku selama ini sehingga tak menyadari kesalahan yang kubuat sendiri pada anak-anakku. Eh..sebetulnya..bukan salahku dong. Aku kan sudah membawa mereka ke dokter spesialis anak. Sekali lagi, mereka itu dosenku lho! Masa sih aku tak percaya kepada mereka. Dan rupanya, setelah di Belanda 'dipaksa' tak lagi pernah mendapat antibiotik untuk penyakit khas anak-anak sehari-hari, sekarang kondisi anak-anakku jauh lebih baik. Disini, mereka jadi jarang sakit, hanya diawal-awal kedatangan saja mereka sakit.

Kemudian, aku membaca lagi artikel-artikel lain milik prof Iwan Darmansjah. Dan di suatu titik, aku tercenung mengingat kata-kata 'pengobatan rasional'. Lho…bukankah dulu aku juga pernah mendapatkan kuliah tentang apa itu pengobatan rasional. Hey! Lalu kemana perginya ingatan itu? Jadi, apa yang selama ini kulakukan, tidak meneliti baik-baik obat yang kuberikan pada anak-anakku, sedikit-sedikit memberi obat penurun panas, sedikit-sedikit memberi antibiotik, baru sehari atau dua hari anak mengalami sakit ringan seperti, batuk, pilek, demam, mencret, aku sudah panik dan segera membawa anak ke dokter, serta sedikit-sedikit memberi vitamin. Rupanya adalah tindakan yang sama sekali tidak rasional! Hmm... kalau begitu, sistem kesehatan di Belanda adalah sebuah contoh sistem yang menerapkan betul apa itu pengobatan rasional.

Belakangan aku pun baru mengetahui bahwa ibuprofen memang lebih efektif menurunkan demam pada anak, sehingga di banyak negara termasuk Amerika Serikat, ibuprofen dipakai secara luas untuk anakanak. Tetapi karena resiko efek sampingnya lebih besar, Belgia dan Belanda menetapkan kebijakan lain. Walaupun obat ibuprofen juga tersedia di apotek dan boleh digunakan untuk usia anak diatas 6 bulan, namun di kedua negara ini, parasetamol tetap dinyatakan sebagai obat pilihan pertama pada anak yang mengalami demam. "Duh, untung ya Yah aku nggak bilang ke huisart kita kalo aku ini di Indonesia adalah seorang dokter. Kalo iya malu-maluin banget nggak sih, ketauan begonya hehe," kataku pada suamiku.

Jadi, bagaimana dengan para orangtua di Indonesia? Aku tak ingin berbicara terlalu jauh soal mereka-mereka yang tinggal di desa atau orang-orang yang terpinggirkan, ceritanya bisa lain. Karena kekurangan dan ketidakmampuan, untuk kasus penyakit anak sehari-hari, orang-orang desa itu malah relatif 'terlindungi' dari paparan obat-obatan yang tak perlu. Sementara kita yang tinggal di kota besar, yang cukup berduit, sudah melek sekolah, internet dan pengetahuan, malah kebanyakan selalu dokter-minded dan gampang dijadikan sasaran oleh perusahaan obat dan media. Batuk pilek sedikit ke dokter, demam sedikit ke dokter, mencret sedikit ke dokter. Kalau pergi ke dokter lalu tak diberi obat, biasanya kita malah ngomel-ngomel, 'memaksa' agar si dokter memberikan obat. Iklan-iklan obat pun bertebaran di media, bahkan tak jarang dokter-dokter 'menjual' obat tertentu melalui media. Padahal mestinya dokter dilarang mengiklankan suatu produk obat.

Dan bagaimana pula dengan teman-teman sejawatku dan dosen-dosenku yang kerap memberikan antibiotik dan obat-obatan yang tidak perlu pada pasien batuk, pilek, demam, mencret? Malah aku sendiri dulu pun melakukannya karena nyontek senior. Apakah manfaatnya lebih besar dibandingkan resikonya? Tentu saja tidak. Biaya pengobatan membengkak, anak malah gampang sakit dan terpapar obat yang tak perlu. Belum lagi bahaya besar jelas mengancam seluruh umat manusia: superbug, resitensi antibiotik! Tapi mengapa semua itu terjadi?

Duuh Tuhan, aku tahu sesungguhnya Engkau tak menyukai sesuatu yang sia-sia dan tak ada manfaatnya. Namun selama ini aku telah alpa. Sebagai orangtua, bahkan aku sendiri yang mengaku lulusan fakultas kedokteran ini, telah terlena dan tak menyadari semuanya. Aku tak akan eling kalau aku tidak menyaksikan sendiri dan tidak tinggal di negeri kompeni ini. Apalagi dengan masyarakat awam, para orangtua baru yang memiliki anak-anak kecil itu. Jadi bagaimana mengurai keruwetan ini seharusnya? Uh! Memikirkannya aku seperti terperosok ke lubang raksasa hitam. Aku tak tahu, sungguh!

Tapi yang pasti kini aku sadar…telah terjadi kesalahan paradigma pada kebanyakan kita di Indonesia dalam menghadapi anak sakit. Disini aku sering pulang dari dokter tanpa membawa obat. Aku ke dokter biasanya 'hanya' untuk konsultasi, memastikan diagnosa penyakit anakku dan penanganan terbaiknya, serta meyakinkan diriku bahwa anakku baik-baik saja.

Tapi di Indonesia, bukankah paradigma yang masih kerap dipegang adalah ke dokter = dapat obat? Sehingga tak jarang dokter malah tidak bisa bertindak rasional karena tuntutan pasien. Aku juga sadar sistem kesehatan di Indonesia memang masih ruwet. Kebijakan obat nasional belum berpihak pada rakyat. Perusahaan obat bebas beraksi‘ tanpa ada peraturan dan hukum yang tegas dari pemerintah. Dokter pun bebas meresepkan obat apa saja tanpa ngeri mendapat sangsi. Intinya, sistem kesehatan yang ada di Indonesia saat ini membuat dokter menjadi sulit untuk bersikap rasional.

Lalu dimana ujung pangkal salahnya? Ah rasanya percuma mencari-cari ujung pangkal salahnya. Menunjuk siapa yang salah pun tak ada gunanya. Tapi kondisi tersebut jelas tak bisa dibiarkan. Siapa yang harus memulai perubahan? Pemerintah, dokter, petugas kesehatan, perusahaan obat, tentu semua harus berubah. Namun, dalam kondisi seperti ini, mengharapkan perubahan kebijakan pemerintah dalam waktu dekat sungguh seperti pungguk merindukan bulan. Yang pasti, sebagai pasien kita pun tak bisa tinggal diam. Siapa bilang pasien tak punya kekuatan untuk merubah sistem kesehatan? Setidaknya, bila pasien 'bergerak', masalah kesehatan di Indonesia, utamanya kejadian pemakaian obat yang tidak rasional dan kesalahan medis tentu bisa diturunkan.

http://agnes.ismailfahmi.org/books/smart-patient.php#book

Cerita Bev hari ini

Halo om/ Tante,

Apa kabar? Ini dengan Bev nih, Semoga semua sehat selalu ya. Jangan lupa minum air putih yang banyak biar sehat ya. Soalnya sekarang lagi musim influenza batuk pilek. Kayak Bev sekarang pilek lagi. Bev sedih deh, soalnya klo Bev tidur jadinya terganggu. Karena hidung Bev mampet. Udah gitu sekarang malah ingusan. Bev jadinya agak rewel.

Kok Bev pilek lagi?

Iya om/tante, emang bulan lalu Bev udah kena batuk pilek ya. Ehhh… gak lama mama Bev yang sakit pilek. Trus Pung-pung , trus Ante Atik. Sekarang Bev kena lagi deh. Mamaku lupa nyiapin masker di rumah. Jadinya virusnya muter-muter di rumah kami.
Karena pilek seperti biasa aku makannya juga rada susah nih om/Tante, soalnya tenggorokan Bev gatel dan hidungnya mampet (maaf ya mama) ,padahal mamaku sudah masakin makananku macam-macam loh. Mamaku memang koki handal. Versi aku loh yaaaa.

Tiap pagi mamaku siapin makananku untuk tiga kali makan. Dua kali makan bubur dan satu kali makan buah diselingin minum ASIP. Walo kata tante Pingkan boleh disiapin untuk makanan 2 hari (Maksimal 48 jam) tapi mamaku nggak tega sih katanya. Ya udah deh jadilah mamaku siapin makanan fresh buatku setiap hari.

Kemarin mamaku beliin aku boneka. Ini dia.


Kata mamaku biar ada temanku klo papa/mamaku lagi kerja. Bonekanya cantik ya. Trus bisa bunyi. Dan kepalanya bisa ngangguk-ngangguk. Aku suka liatnya (maacih ya mama).




Oh iya, pada kangen nggak ama Bev? udah lama ya mamaku nggak kasi foto aku di blog mamaku ini. Maaf ya om/Tante, soalnya kamera mamaku lagi di pake papaku. Nanti ya. Bev janji nanti dikasi yang baru deh. Buat pelepas rindu Bev kasi foto yang ini ya :)



Tapi pipi gembulku nggak boleh dicubit ya? janji ya....


Oh iya, sekarang gigiku udah tumbuh dua dan aku sudah bisa duduk tegak loh om/tante. Trus aku sudah bisa berdiri sendiri sambil pegangan. Aku suka banget klo diajak papa/mamaku berdiri sambil dorong kursi. Tapi aku masih sering jatuh dan aku bangkit lagi. Klo aku diangkat papa/mamaku pasti aku nangis deh.

Klo mamaku lagi memasak di dapur, aku didudukin di kursi kebangsaanku (high chair). Trus mamaku nyetelin film Kartun Barney. Aku suka banget nonton Barney. Mamaku takut naruh di tempat tidur takut aku jatuh lagi. Oiya, kemarin soalnya aku jatuh lagi untuk yang kedua kalinya. Jidat kiriku yang duluan nguncep di lantai. Aku menangis kenceng. Waktu itu mamaku sudah berangkat ke kantor. Aku di rumah dengan tanteku. Pas waktu itu kan aku bobo di kasur. Trus tanteku duduk di kursi belajar papaku dekat kasur mamaku sambil buka laptop. Aku bangun dan aku merangkak kea rah tanteku. Aku tidak tau klo itu tinggi. Ya udah deh, aku jatuh lagi. Huhuhuhu… Jidatku benjol dan merah langsung dipijat-pijat tante. Sakit banget dan aku menangis keras.

Sekian dulu ya ceritaku hari ini. Bev mau mandi dulu, trus minum susu, trus bobo deh sambil menunggu papa/mamaku pulang kerja.

Sampai ketemu lagi

Mar 17, 2011

update saja

hula,

menulisnya makin malas ya. sibuk sih. hehehhe alasan jadul :)
kali ini update tentang Bev aja ya. setelah minggu lalu saya cuti berleha-leha dengan Bev, lumayanlah bisa siapin makannya Bev sekalian nyuapin dia makan. Tapi sayangnya saya sedang lagi KO kena serangan si batuk pilek, lumayan gempor juga jagain Bev sendiria. Jadi yang namanya istirahat total gatot dah.

Begitu masuk kantor masih bawa sisa flu nya blom sembuh total. Dan Bev kembali sembelit. sedih euyyy... Mungkin saya juga kurang minum dan kurang makan serat jadinya ngaruh juga ke ASI nya Bev.

Akhirnya hari selesa kemarin Bev dikasi makan pepaya seharian biar bisa mengatasi sembelitnya. Walo Bev sebenarnya ceria-ceria aja sih.

Tentang MPASI Bev memang sejak dia sakit batpil dua minggu setelah masuk MPASI nya agak berantakan. karena Bev malas makan. Makananya di lepeh-lepeh kadang sesendokpun dia ga mau. kasian juga emaknya ya udah niat banget nyiapinnya. nyengir kuda*.

Menyiapkan MPASI emang gampang-gampang susah euy. kudu muter otak untuk nyusun menu. hehehhe... tapi saat ini selera makannya sudah normal. semoga lancar terus ya...

Mar 15, 2011

Bisnis Internet Jurus Tidak Cepat Tersinggung

Salah satu jurus dalam menjalankan bisnis internet adalah dengan cara tidak cepat tersinggung. Ketika baca artikel di blog orang lain atau mungkin menyimak text iklan dan Sales Letter mungkin kita sering merasa disindir, atau mungkin cara kita beriklan selama ini dibilang tidak efektif dan buang-buang waktu dan sebagainya. Atau mungkin ebook yang kita buat dikatakan tidak bermutu, artikel yang kita tulis tidak lengkap, barang yang kita jual kemahalan, dan sebagainyalah, hehe.. PR Anda tinggi terus dibilang percuma saya PR bagus tanpa traffic yang tinggi, Atau mungkin text iklan anda malah dibilang bohong! wah parah deh. Kalau karena itu kita menjadi orang yang cepat tersinggung lantas mau marahnya gimana? Rugi sendiri dong.

Jalani saja bisnis internet Anda dengan sungguh-sungguh, tetap belajar pada mereka yang Anda percaya dapat memberikan kontribusi positif bagi pertumbuhan bisnis internet Anda, Lakukan apa yang perlu, bangkitlah dari mimpi alias Stop Dreaming dan Start Action maka kita akan lebih mudah sukses. Kalau tersinggung misalnya karena bisnis pulsa Anda disebut jelek sebab sudah lama maka masa Anda berhenti? atau malah tinggalkan bisnis Anda yang sudah berjalan baik lalu pindah ke bisnis orang yang menyinggung Anda itu? Belum tentu sukses juga loh, hehe..

Ketika menemui Sales Letter orang lain yang mengatakan “jangan mau jadi reseller orang lain, buatlah bisnis anda sendiri” lantas Anda berhenti betulan karena tersinggung, dilain sisi Anda belum bisa membuat produk Anda sendiri maka dari mana Anda akan dapat uang lagi kalo bisnis bagi hasil yang anda tekuni Anda tinggalkan? betul ya? Jangan cepat tersinggung, lanjutkan bisnis internet Anda! kata bang Mufli ini.

I CAN !!!

Mar 7, 2011

Tumbuh Kembang Bayi 7 Bulan - Senang Bermain Ciluk Baa!!

Motorik halusnya semakin berkembang baik. Ia bisa mengambil mainan dengan tangan kanan dan kirinya.

Sumber : Nakita on line

Dedeh Kurniasih. Foto: Ferdi/NAKITA

Konsultan Ahli:
dr. Rini Sekartini, Sp.A(K)., dari RSUPN Cipto Mangunkusumo, Jakarta

PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR

* Bayi dapat membalikkan badan dari posisi telentang hingga telungkup. Namun bukan dengan menggulingkan badan seperti yang ia lakukan di usia sebelumnya.

* Masih belajar merangkak dan duduk seperti usia sebelumnya. Misal, ia memutar pinggul dan bahu untuk mengubah posisi badannya.

* Jika diposisikan berbaring, ia akan memainkan kedua kakinya. Pinggulnya tampak menekuk. Terkadang ia arahkan kedua kakinya masuk ke dalam mulut.

* Bila dicoba didirikan sebentar, dengan memegang kedua bagian ketiaknya, ia akan membuat gerakan melonjak-lonjak seperti orang kesenangan.

Bayi mulai belajar merangkak.

PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS

* Tangan kanan dan kirinya dapat ia gunakan untuk memegang suatu objek dengan tepat. Terkadang ia amati benda dalam genggamannya dan kemudian memindahkannya dengan tangan satunya.

* Bila objek dalam genggaman tangannya terlepas, ia berusaha untuk mengambilnya kembali. Jika terjatuh ke bawah bayi tampak mencari benda tersebut ke arah bawah dan tidak teralihkan perhatiannya pada hal lain.

PERKEMBANGAN BAHASA

* Bayi senang mengoceh mengeluarkan bunyi rangkaian suku kata, tanpa arti tertentu. Contoh, 'babababa..,' "dadada..," atau "papapa..."

* Mengeluarkan bunyi atau suara konsonan 'rrr' vokal "aaa", "ooo", atau dalam bentuk suku kata seperti "he-he", "da-da",

* Bila ada yang mengucapkan atau menyebutkan namanya ia akan memerhatikan ucapan tersebut.

* Adakalanya bayi berteriak-teriak untuk meminta perhatian. Paling sering bila sedang berada jauh dari ibunya atau ditinggal sendirian.

PERKEMBANGAN KOGNITIF

* Ia akan mencari arah suara meski suara berbisik sekalipun. Bola mata, kepala serta badannya bergerak memutar mencari arah bunyi.

* Jika diminta mencari salah satu anggota keluarga yang disebutkan namanya, misalnya, "Ayah mana?", ia akan tampak mencarinya.

* Bisa diajak bermain cilukba, bermain sendiri dengan mainannya serta main dengan kertas.

* Dapat memberi respons pada ekspresi wajah orang dewasa di sekitarnya.

PERKEMBANGAN SOSIAL-EMOSI

* Menikmati permainan sosial. Contoh ketika diajak main cilukba dengan sang ibu, bayi berusaha meraih tangan ibu yang menutupi wajah ibunya, seolah ingin membuka dan melihat wajah sang ibu. Ketika ibu membuka tangannya, si bayi akan tertawa.

* Sering kali meminta perhatian dari orang di lingkungan sekitarnya, biasanya dengan mengeluarkan suara-suara.

* Ia akan perlihatkan rasa suka dan tidak dengan ungkapan suara maupun gerakan tubuh pada orang tertentu, objek maupun suatu tempat.

* Jika diajak bicara ia akan mengamati dan mengeksplorasi wajah orang dewasa yang mengajak bicara tersebut.

PERKEMBANGAN KEMANDIRIAN

* Kemandirian dalam hal makan semakin berkembang baik, seperti mengunyah makanan padat dan menggigit.

* Memegang sendiri makanannya semisal biskuit bayi atau finger food lainnya.

* Bila diberi minum dari cangkir ia bisa meminumnya.

Bev 7 Bulan

Again ulbul lagi dong. heheheh.. Bev udah 7 bulan nih.
Bev udah bisa duduk tegak. sekarang belajar berdiri. Pas di ulbulnya yang ke tujuh bulan ini Bev BB nya 7.5 kg klo Panjang blom sempat di ukur :)

MPASI nya juga udah makin bervariasi ya.

itu aj dulu updatenya. sibuk banget.
btw, saya mo cuti mulai besok nih sampe tgl 14 mar baru ngantor lagi. Rencananya gak kemana-mana cuma mau leha-leha aja sama Bev. skalian istirahat klo bisa setelah saya KO kena batpil setelah Bev. sekarang juga amsih meler, kepala pusing, telinga berasa mpet. "Me Time" kayaknya ga bisa deh, secara Bev nempel emake pastinya hehehhe..

Tapi saya ngga bisa update dari rumah nih. Jaringan internet di rumah lagi bermasalah/ sekalian deh pas cuti ini di urus biar bisa ngenet dari rumah.

Oke, tetap semangat!!