Jun 29, 2012

Puisi: Pemulung


Kegelapan malam adalah atapnya
udara dingin adalah selimutnya
dengan lelap dia tertidur
alunan nafasnya bak gamelan jawa
tenang dan pelan
... dengan perut yang lapar dia mampu tertidur lelap
mengumpulkan kekuatan untuk hari esok yg berat

ditengah matahari yang terik
dia berkeliling
tak peduli tatapan jijik
umpatan memaki
dengan suara yg sengau
dia mencoba menghibur
mata-mata yg masih punya belas kasih

Jun 20, 2012

Biduran Itu Tidak Enak Kawan

Biduran adalah  benjolan merah muda atau kemerahan atau bagian pada kulit yang sedikit menonjol. Kadang kala mereka terlihat agak pucat di tengah. Biduran biasanya gatal, tetapi mereka juga terasa membakar dan menyengat.

Biduran atau kaligata ini merupakan nama lain dari penyakit kulit urtikaria, dimana tanda kelainan kulitnya adalah timbul bentol-bentol kemerahan, sangat gatal dan sering disertai rasa tertusuk dan panas, dan dasar penyebabnya adalah “Atopi

Atopi adalah suatu keadaan/kelainan alergi yang sifatnya diturunkan dari dalam suatu keluarga dengan manifestasi penyakit seperti: dermatitis atopik (radang kulit yang sifatnya berulang-ulang, kelainan kulit ruam yang timbul pada tempat-tempat tertentu dengan tanda-tanda khas sesuai umur bayi, anak atau dewasa), urtikaria (biduran), asma, sering pilek dan bersin sampai hidung mampet, biasanya terdapat pula tanda dan gejala yang ada pada penderita tersebut yaitu:buras di wajah, lingkaran mata yang gelap, kulit kering dan wajah agak pucat. Selain itu bisa juga karena pengaruh emosional.

Biduran atau kaligata ini memang bukan hal baru bagi saya. Muncul bisa kapan saja. Pertama kali kena biduran ketika masih kuliah dulu. Pada waktu itu saya bekerja sebagai student labor di perpustakaan kampus. Yang kerjaannya merapikan dan mengurutkan nomor register buku-buku di rak. Buku-buku itu ada yang sama sekali tidak pernah disentuh, karena mungkin sudah tidak up to date alias super jadul dan letaknya jauh dari jangkauan sehingga debu pun menumpuk di sana. Dan ketika saya merapikan buku-buku itu, pulang- pulang betis kaki saya bentol-bentol kemerahan, gatal dan terasa panas.

Pernah juga muncul karena udara dingin, walau tak selalu karena itu. Pernah sekali waktu saya ikut retreat keluarga ke puncak, lalu diceburin anak-anak ke kolam renang.airnya yang dingin ditambah lagi tiupan angin Wowwww... Langsung bentol semua.

Dan mulai hari minggu pagi kemarin si biduran ini menyapa saya lagi. Sepulang dari bermain bola dengan Bev puteri saya di lapangan sekolah dekat rumah, kaki saya mulai gatal dan bentol. Makin digaruk makin banyak.

Biasanya klo biduran muncul karena angin atau dingin saya langsung menghangatkan badan dan hilang. Tapi ini berlanjut sampai selasa kemarin. Di malam hari pun kambuh karena suhu ruang kamar yang dingin karena AC. Di pagi hari lebih parah lagi. Ada tetangga yang menyarankan untuk menyapukan racikan tembakau rokok dengan minyak ke bagian yang bentol-bentol tapi tidak mempan.

Dan yang paling tidak menyenangkan, ketika di kantor pun kambuh karena dinginnya AC di kantor. Risih banget rasanya harus garuk- garuk terus. Maluuuu. Saya hampir menangis karena kesal hahahahahaha. Lebay ini namanya.

Karena sudah tidak tahan dengan gatal-gatalnya saya minumlah si obat anti alergi Incidal. Setelah sebelumnya browsing dulu apakah ada efeknya untuk busui. Secara saya masih menyusui. Tapi menurut Konselor Laktasi, dokter Astri Pramarini yang saya dapatkan dari milis asiforbaby (AFB) bahwa Incidal termasuk kategori L2 (Safer) untuk ibu menyusui, makanya saya mau minum.


Setelah saya minum, saya juga keluar dari ruangan menuju parkiran untuk mencari sinar matahari. Syukurnya walau sudah jam empat sore, sinar matahari masih panas menyengat. Saya berdiri di parkiran di panas matahari seolah menunggu seseorang sembari twitteran hehehhehe. dan berselang 30 menit si biduran pun enyah dan badan tidak gatal - gatal lagi, walau masih ada bentol-bentol merahnya. Dan pagi ini tidak kambuh lagi. Sudah bersih. Ahhh... syukurlah, Thanks God :)

Jun 18, 2012

Wisata ke Gunung Pancar


Hari minggu kemarin, kami jalan-jalan ke Gunung Pancar tanpa rencana alias dadakan saja. Ini adalah kunjungan perdana ke sana. Sebelumnya hanya dengar cerita oppung Bev (papa mertua saya) yang katanya pemandangannya bagus dan ada air panasnya.

Kami berangkat dari rumah (Citeureup) dengan mengendarai motor. Kebetulan si Tulang Charles juga lagi main ke rumah, jadilah kita berempat berangkat. Saya, papa Bev, Bev dan tulang Charles naik motor sendiri. Berangkat setengah sebelas siang. Kami mengambil jalur dari pasar citeureup terus ke Sirkuit sentul ke Babakan Madang hingga ke gunung Pancar. Track perjalanan lumayan berbatu-batu. Bev yang ketiduran di motor kadang terkaget karena goncangan motor. Sepanjang jalan melalui rumah-rumah penduduk. Mendekati kaki gunung, terasa hawa sejuk hutan pinus yang rindang. Wowwww… 
 Ini plang menjelang pintu masuk. Foto dipinjam dari sini

Di pintu masuk, kami bayar total rp 8,000 saja untuk 2 motor. Di  sepanjang jalan hutan pinus banyak motor dan couple-couple yang sedang pacaran. Hehehehehe…

Kemudian untuk memasuki area pemandian gunung Pancar bayar lagi rp 10,000 per orang untuk dewasa dan anak-anak rp 4,000 entahlah apakah Bev yang belum sampai 2 tahun juga di hitung bayar, tapi total yang kami bayarkan rp 34,000 untuk 3 orang dewasa dan 1 orang anak – anak. 

Sesampainya di tujuan, setelah parkir motor, kami berjalan ke bawah menurunin anak tangga ala kadarnya ke sekitar 200 meter. Dari jauh sudah terlihat saung-saung dan orang berjalan-jalan.
Tapi saya bingung, kok tempatnya memprihatinkan sekali. Kami hanya duduk di bawah pohon sebentar sembari melihat-lihat keadaan. Saya bilang ke si papa sepertinya tempat ini di kelola pribadi saja belum ada sentuhan dana dari pemda. Tapi klo tidak ada sentuhan pemda bukannya sudah ada biaya retribusi di depan yang kita bayarkan, kata si papa.

Tapi menurut saya, tempat ini belum layak dikatakan tempat rekreasi. Memang terdapat 2 kolam buat berendam,untuk pria dan untuk wanita terpisah dengan dinding pemisah satu meter.  tapi kok tidak pantas untuk berendam ya. saya hanya melongok dan kembali. Hehehehe. Ada juga sih tempat berendam selain di kolam itu, tapi tempatnya juga seadanya saja bayarnya rp 10,000/jam. Tapi kok kayaknya gimana gitu.
 Ini dia kolam nya. Foto pinjam dari sini

 Lalu kami naik kembali menuju parkiran setelah membeli sebungkus keripik pisang seharga rp 5,000 dan sebungkus nangka matang seharga rp 5,000. Di pinggir jalan sebelum parkiran kami mampir di saung milik pedagang yang sedang tutup alias tidak berjualan hari ini. Lumayan buat neduh dan bisa duduk-duduk.
Lalu saya dan Bev naik ke atas kearah parkiran dan membeli sesisir pisang raja seharga rp 6,000. Dan Bev berhasil menyantapnya dua biji. Hehehehe… 

Setelah penat hilang, kami mencari celah lain di area ini, karena penasaran melihat ke parkiran kok sepertinya mobil parkir bermerek semua tapi kok ya pengunjung di bawah sana, di kolam tadi maksudnya kok pengunjungnya gak ada yang keren hahahahhahaaa…

Lalu kami ke area sebelahnya yang kata mas-mas guide (halah), ada kolam VIP untuk keluarga. Dan memang betul, di sebelah parkiran ada kolam untuk keluarga. Harga nya rp 100,000/jam. Owwwwww… mahillll menurut saya. Kolam dibuat seperti kolam ikan hias di rumah, lalu ada pancuran airnya. Ada juga terapi pengobatan sepertinyanya karena saya liat ada bapak-bapak yang sedang tiduran lalu disiram sama si bapak terapis. 

Ini dia kolam VIP keluarga. foto dipinjam dari sini

Tapi melihat kolam VIP ini pun sepertinya masih kurang oke menurut saya. Ini menurut saya loh ya.
Saya nggak kebayang, untuk bertukar nyebur dengan orang yang sebelumnya tanpa airnya dikuras terlebih dahulu. Hahahhahahaa… 

Setelah puas berkeliling, kami pun bergegas pulang. Setelah sebelumnya mencoba track baru mengikuti petunjuk jalan, yang tertulis di plang penunjuk jalannya ada vila, kolam renang, etc. penasaran lalu mencoba track itu, tapi ternyata jalannya jelek curam. Lalu kami putar balik saja untuk pulang. 
 Hutan Pinus. Foto dipinjam dari sini

Kesimpulannya perjalanan hari ini ke gunung pancar tidak berkesan. Yang menarik hanya hawa hutan pinus dan sejuknya udara. Tapi banyak banget couple di sepanjang jalan, eh malah risih liatnya hahahahahhahaha.
Akhirnya kembali ke rumah, dan tiba di rumah waktu sudah menunjukkan pukul setengah empat sore, dan belum makan. Jadilah si mie instant sasaran empuk.

Note: Foto-fotonya semua saya pinjam ya. Tapi kondisinya persis kok seperti itu. sebenarnya saya bawa kamera. Tapi nggak terlalu minat jepret-jepret, hehehehee...