Hari minggu kemarin, kami jalan-jalan ke Gunung Pancar tanpa
rencana alias dadakan saja. Ini adalah kunjungan perdana ke sana. Sebelumnya
hanya dengar cerita oppung Bev (papa mertua saya) yang katanya pemandangannya
bagus dan ada air panasnya.
Kami berangkat dari rumah (Citeureup) dengan mengendarai
motor. Kebetulan si Tulang Charles juga lagi main ke rumah, jadilah kita
berempat berangkat. Saya, papa Bev, Bev dan tulang Charles naik motor sendiri.
Berangkat setengah sebelas siang. Kami mengambil jalur dari pasar citeureup
terus ke Sirkuit sentul ke Babakan Madang hingga ke gunung Pancar. Track
perjalanan lumayan berbatu-batu. Bev yang ketiduran di motor kadang terkaget
karena goncangan motor. Sepanjang jalan melalui rumah-rumah penduduk. Mendekati
kaki gunung, terasa hawa sejuk hutan pinus yang rindang. Wowwww…
Ini plang menjelang pintu masuk. Foto dipinjam dari sini
Di pintu masuk, kami bayar total rp 8,000 saja untuk 2
motor. Di sepanjang jalan hutan pinus banyak motor dan couple-couple yang
sedang pacaran. Hehehehehe…
Kemudian untuk memasuki area pemandian gunung Pancar bayar
lagi rp 10,000 per orang untuk dewasa dan anak-anak rp 4,000 entahlah apakah
Bev yang belum sampai 2 tahun juga di hitung bayar, tapi total yang kami
bayarkan rp 34,000 untuk 3 orang dewasa dan 1 orang anak – anak.
Sesampainya di tujuan, setelah parkir motor, kami berjalan
ke bawah menurunin anak tangga ala kadarnya ke sekitar 200 meter. Dari jauh
sudah terlihat saung-saung dan orang berjalan-jalan.
Tapi saya bingung, kok tempatnya memprihatinkan sekali. Kami
hanya duduk di bawah pohon sebentar sembari melihat-lihat keadaan. Saya bilang
ke si papa sepertinya tempat ini di kelola pribadi saja belum ada sentuhan dana
dari pemda. Tapi klo tidak ada sentuhan pemda bukannya sudah ada biaya
retribusi di depan yang kita bayarkan, kata si papa.
Tapi menurut saya, tempat ini belum layak dikatakan tempat
rekreasi. Memang terdapat 2 kolam buat berendam,untuk pria dan untuk wanita terpisah
dengan dinding pemisah satu meter. tapi
kok tidak pantas untuk berendam ya. saya hanya melongok dan kembali. Hehehehe. Ada
juga sih tempat berendam selain di kolam itu, tapi tempatnya juga seadanya saja
bayarnya rp 10,000/jam. Tapi kok kayaknya gimana gitu.
Ini dia kolam nya. Foto pinjam dari sini
Lalu kami naik kembali menuju parkiran setelah membeli
sebungkus keripik pisang seharga rp 5,000 dan sebungkus nangka matang seharga
rp 5,000. Di pinggir jalan sebelum parkiran kami mampir di saung milik pedagang
yang sedang tutup alias tidak berjualan hari ini. Lumayan buat neduh dan bisa
duduk-duduk.
Lalu saya dan Bev naik ke atas kearah parkiran dan membeli
sesisir pisang raja seharga rp 6,000. Dan Bev berhasil menyantapnya dua biji. Hehehehe…
Setelah penat hilang, kami mencari celah lain di area ini,
karena penasaran melihat ke parkiran kok sepertinya mobil parkir bermerek semua
tapi kok ya pengunjung di bawah sana, di kolam tadi maksudnya kok pengunjungnya
gak ada yang keren hahahahhahaaa…
Lalu kami ke area sebelahnya yang kata mas-mas guide
(halah), ada kolam VIP untuk keluarga. Dan memang betul, di sebelah parkiran
ada kolam untuk keluarga. Harga nya rp 100,000/jam. Owwwwww… mahillll menurut
saya. Kolam dibuat seperti kolam ikan hias di rumah, lalu ada pancuran airnya.
Ada juga terapi pengobatan sepertinyanya karena saya liat ada bapak-bapak yang
sedang tiduran lalu disiram sama si bapak terapis.
Ini dia kolam VIP keluarga. foto dipinjam dari sini
Tapi melihat kolam VIP ini pun sepertinya masih kurang oke
menurut saya. Ini menurut saya loh ya.
Saya nggak kebayang, untuk bertukar nyebur dengan orang yang
sebelumnya tanpa airnya dikuras terlebih dahulu. Hahahhahahaa…
Setelah puas berkeliling, kami pun bergegas pulang. Setelah
sebelumnya mencoba track baru mengikuti petunjuk jalan, yang tertulis di plang
penunjuk jalannya ada vila, kolam renang, etc. penasaran lalu mencoba track
itu, tapi ternyata jalannya jelek curam. Lalu kami putar balik saja untuk pulang.
Hutan Pinus. Foto dipinjam dari sini
Kesimpulannya perjalanan hari ini ke gunung pancar tidak
berkesan. Yang menarik hanya hawa hutan pinus dan sejuknya udara. Tapi banyak
banget couple di sepanjang jalan, eh malah risih liatnya hahahahahhahaha.
Akhirnya kembali ke rumah, dan tiba di rumah waktu sudah
menunjukkan pukul setengah empat sore, dan belum makan. Jadilah si mie instant
sasaran empuk.
Note: Foto-fotonya semua saya pinjam ya. Tapi kondisinya persis kok seperti itu. sebenarnya saya bawa kamera. Tapi nggak terlalu minat jepret-jepret, hehehehee...