Ihiksssss…. Baca judulnya saja sudah miris ya. :(
Kemarin sore pulang kerja, ketika saya sudah di halte bus,
di bbm in sama misua, ngajakin ke Mitra10 Cibubur, rencananya mau beli
bahan-bahan buat finishing rumah dengan iming-iming pulang dari sananya naik
taksi (klo naik motor tentunya saya menolak bukan apa-apa soalnya dengan perut buncit naik motor itu rasanya sesuatu), saya okein saja dengan catatan
nanti di sana makan nasi goreng yang entah kenapa beberapa hari ini saya ngidam
banget. fiuhhh.
Saya naik bis jurusan
Cileungsi dan jalanan masih bersahabat belum macet, karena saya keluar kantor
tenggo jam empat. Sampai di Mitra10 jam enam dan langsung ketemua misua,
keliling-keliling mitra10 mencari bahan yang diperlukan. Setelah ketemu yang
dicari dan bayar-bayar, kita lanjut ke Giant satu gedung dengan mitra10.
Keliling-keliling saja, karena nggak ada rencana untuk belanja disitu.
Tadinya
pengen makan nasi goreng dulu di salah satu food court di sebelah Giant, tapi kata misua ngider
di dalam Giant dulu saja baru makan, okelah kalau begitu. Setelah selesai ngider
di Giant, misua bayar-bayar belanjaan, saya nongkrong di food court dimaksud sambil
nungguin sambil liat-liat menu di meja. Waktu sudah setengah Sembilan malam, rasanya pengen pulang saja makan nasi
gorengnya di skip saja, selain itu saya lihat harganya kemahalan untuk ukuran
sepiring nasi goreng dan rasanya gak bisa dijamin. Kadang mendingan beli di
mas-mas dorong haiyahhhh ini namanya emak irit. Fiuhhhh…
Setelah misua selesai
bayar belanjaan Giant, saya juga keluar dari food court, dan bilang ke suami gak
jadi makan. Lalu
kita turun, dan nyari taksi.
Di perjalanan pulang mama mertua saya telpon. Mama mertua
yang jagain Bebev sehari-hari di rumah. Sebenarnya dari nyampe Mitra10 sudah
ada niat mau telepon mama mertua bilangin kalau saya akan terlambat pulangnya. Karena pasti Bebev akan tanyain klo saya pulang lebih lama dari biasanya. etapi kok segannnnn. Haisssss inilah penyakit saya. Mama mertua saya orangnya baik, tapi ya namanya dengan mama mertua tetap aja ada rasa segan ya boo... beda dengan ibu sendiri. Akhirnya mama mertua yang telepon, itu sudah jam 20:45wib. Telepon saya
angkat dan disebrang sana yang berbicara Bebev.
Saya: Halo Ma (mama mertua maksudnya)
Bebev: mama dimana ? (suara bebev dari sebrang sana)
Saya: mama masih di jalan sayang, mama sama papa tadi ke
cibubur. Beli semen de-el-el. Tungguin mama ya. Jangan bobo dulu.
Bebev: Iya ma. Cepat ya.
Saya: iya sayang, sebentar lagi sampai. Mama sudah di Golf.
Mama bawa coklat
Bebev: Oke ma..
Sampai di rumah jam sembilan pas. Bebev tidur-tiduran di
kamar oppungnya (mama mertua saya) sedangkan oppungnyalagi terima telepon.
Seperti biasa begitu kita pulang, Bebev pasti senang. Bongkar-bongkar
bawaan dan selalu nanyain, mama bawa apa?
Dan karena tadi tidak jadi makan, perut mulai keroncongan.
Makanan tidak ada, lalu saya menggoreng lumpia ikan dari belanjaan tadi. Bebev
ikut menemani saya di dapur. Dia ceria. Seperti biasa ngoceh macam-macam.
Lalu papanya turun dari lantai dua (kamar kami) ke dapur.
Lalu menghampiri Bebev.
Papa: Hayo, cerita sama papa tadi ada apa? Sambil memeluk
Bebev dari belakang
Bebev: nggak… nggakk… sambil kedua tangannya menyilang
diperutnya. Trussss… mewek… lalu menangis kenceng.
Papa: coba papa liat ya.
Bebev: Nggak, nggak… sambil terus menangis…
Lalu mama mertua saya menceritakan kejadiannya. Biasanya Bebev
mandi sore barengan oppung borunya (neneknya, mama mertua saya). Bebev duluan
selesai. Lalu oppung borunya menyuruh Bebev naik ke lantai dua untuk pakai baju
sendiri. Biasanya juga dia ambil baju sendiri dan pakai sendiri, tapi ditemani.
Tapi ini dia ke atas sendirian. Dan entah bagaimana ceritanya, tidak ada yang
melihat, tiba-tiba Bebev menangis dan memanggil-manggil saya,katanya. Oppung borunya
belum selesai dari kamar mandi, hanya teriak dari bawah ke oppung dolinya
(kakek Bebev, bapak mertua saya) untuk ngeliat kenapa Bebev menangis.
Setelah dicek, ternyata Bebev menyalakan setrikaan. Dan entah
bagaimana peristiwanya perut atas Bebev kena setrikaan panas. Huaaaaaa…. :(:(:(
Sampai lama saya kami tidak dibolehin lihat lukanya. Saya ajak dia ke kamar atas dan saya sudah rayu-rayu juga tetap tidak dibolehin. Waktu saya ajak gosok gigi dia pun menolak, karena seperti biasa klo gosok gigi bajunya bakalan
basah dan pasti akan diganti. Dia tidak mau, karena kalau bajunya basah, pasti
akan dibuka dan lukanya kelihatan. Huhuhuhuhuhu…. Dia bilang mau gosok gigi
sama papa saja. Okelah… lalu dia turun ke bawah temanin papanya yang lagi buat
jus. Saya sendirian di kamar, dan saya mewek…. Hiksssss…. Bagaimanapun selalu
ada rasa bersalah dihati, karena tidak bisa jagain Bebev 24 jam. Ya walaupun
mungkin saya yang jaga 24 jam nggak luput dari kecelakaan kecil seperti ini.
tapi tetep saja mirisssss. Sayup-sayup saya mendengat dari atas, Bebev ceria saja
seperti biasa sambil cerita sama papanya di bawah. Saya belum tenang karena
saya belum tau kondisi lukanya.
Setelah papanya selesai buatin jus, berdua dengan Bebev naik ke kamar.
Lalu saya ingatin lagi untuk gosok gigi sama papanya. Dan dia mau. Tapi malah Bebev
minta saya saja yang gosok giginya. Tapi dia mau jongkok saja, tetap berusaha
menutupi lukanya. Setelah selesai gosok gigi, saya ajak biar pipis. Kesempatan sembari
buka celananya saya angkat bajunya dan saya lihat lukanya sekilas. Tidak terlalu
lebar, hanya sebesar ibu jari dan kulitnya arinya mengelupas. Entah bagaimana
kejadiannya apa mungkin ketika dia kena setrikaan itu dia sedang tidak
mengenakan baju makanya kulit arinya mengelupas begitu. Saya tidak
bisa membayangkannya. Dan kata oppungnya sudah dipakein obat luka bakar.
|
Penampakan Lukanya |
Lalu
ketika mau tidur, seperti biasa ritual malam berdoa bersama, pas giliran Bebev
dia tidak mau mendoakan lukanya biar cepat sembuh. Dia malah kelihatan sedih
mukanya. Huaaaaa….
Dan beberapa kali Bebev bilang:” nggak lagi kok” maksudnya nggak
akan mengulangi lagi.
Dan sama seperti malam biasanya, kami pergi tidur dan
sesi berpelukan bergiliran dia lewatkan. Tapi sambil tiduran saya dan Bebev
berpelukan sambil saya bisikkan “pillow talk” supaya Bebev nggak takut dan
trauma. Dia tersenyum dan kami tidur.
Bebev… maafin mama ya nggak bisa jagain kamu 24 jam. :(:( Tetap
saja rasa bersalah datang menyergap.