Feb 3, 2014

My story: Home Birth, Water Birth, Lotus Birth

Hai temans, 

Ini adalah postingan yang sangat terlambat. Seharusnya saya posting segera pasca persalinan, tapi karena saya begitu menikmati babymoon, jadinya diposting sekarang deh. Tidak apa apa terlambat daripada tidak sama sekali. Sebagai persembahan buat kenang kenangan kelak putriku dewasa dia membaca kisah kelahirannya di dunia. Rencana saya untuk melahirkan di rumah dengan water birth terbersit sejak kehamilan saya memasuki usia 25 minggu. Sebagaimana yang pernah saya tulis di sini

Memasuki minggu ke-36 bidan Yuli, bidan yang akan mendampingi saya nantinya pas persalinan datang berkunjung ke rumah. Mau survei, mau mengukur jalan dan skalian mau kenalan sama dedek di perut. Setelah di cek, semua bagus maka kami akan bertemu lagi di hari H. Sisanya konsultasi by phone juga via facebook :) Saya tetap melakukan aktivitas sehari-hari, melakukan pekerjaan rumah tangga dan berangkat ke kantor. Saya mengajukan cuti seminggu sebelum HPL dan disetujui, yaiyyy.. jadi bisa lebih lama nanti bersama si dedek. 

Selasa, 26 November 2013 

Pagi subuh ketika saya hendak BAK, saya mendapati lendir darah di celana. Ahaaa... Ini adalah tanda awal persalinan, walau tidak berlaku untuk semua orang ya. Tapi bagi saya persalinan pertama waktu kakak Bebev dan kedua ini diawali dengan flek. Jadi hafal betul. Seharian saya tunggu kontraksi tapi belum muncul. Saya tetap melakukan pekerjaan rumah. Papa Bebev juga tetap berangkat kerja. Dan kebetulan saya hanya bertiga di rumah, saya, Bebev dan Reino sepupunya Bebev yang berusia 2,5 tahun.

Rabu, 27 November 2013 

Kontraksi baru ada sesekali dan jarang-jarang. Tapi hari ini papa Bebev sudah minta izin cuti. Pagi - pagi bebersih kamar mandi, gosek-gosek lantai dan nyiapin ember-ember. Tapi ditunggu sampai siang kontraksi saya belum intens. Untuk membuang rasa bosan, papa Bebev, saya dan kakak Bebev pergi naik motor mencari kelapa muda. Sesampainya di tempat penjual kelapa muda, kami masih nongkrong lesehan disitu. Tapi kontraksi saya makin berasa walau masih rata rata per 15 menit.Saya masih bisa santai sambil menikmati segarnya air kelapa muda. Sepulangnya, kami langsung siap-siap untuk ikut acara kebaktian tengah minggu di gereja. Sembari mendengarkan firman, saya mencoba mencatat jarak waktu kontraksi. Eh, semakin intents. Tapi masih sekitar 10-13 menit an.

Malam harinya saya tidak bisa tidur sedikitpun. Kontraksinya makin sering menyapa. Saya coba tiduran dan memejamkan mata, tapi begitu kontraksi datang, terjaga lagi. begitu terus. Dan kalau saya dalam posisi tiduran kala kontraksi datang, kok ya rasanya lebih sakit gitu. Karena melek terus, disela-sela kontraksi saya sambil baca-baca dokumen group 'Gentle Birth Untuk Semua" di facebook, juga baca dokumennya 'Bidan Kita'. Dan dari baca-baca di saat detik detik itu saya dapat ilmu baru dari Bidan kita. Iya, tentang bagaimana mengatasi rasa sakit saat kontraksi. Jadi ibarat mur dan baut, baut akan lebih mudah melalui lubang mur, jika baut diputar dalam posisi berdiri tegak, begitu juga dengan kontraksi. Kala kontraksi datang, tarik nafas dalam, kita dalam posisi berdiri atau duduk, kemudian sambil goyang berputar searah jarum jam. Dan hembuskan nafas perlahan sambil mengeluarkan suara berdesis atau seperti sedang latihan koor. aaaa..... uuuuu.... Saya belajar bernafas dan bersuara dari youtube ini  .
Dengan bantuan gravitasi bumi, kita membantu kepala bayi melalui panggul. Dan rasa sakitnya sangat-sangat terkontrol loh. 

Kamis, 28 November 2013
Pagi - pagi sekitar jam 5 an saya sms mbak Yuli (bidan yang akan mendamping saya). Isi sms nya cuma bilang, bahwa kontraksi saya sudah setiap 5 menit. oh, ternyata itu sudah dekat persalinan. Mbak Yuli balas dan langsung berangkat. Sembari menunggu mbak Yuli, saya masih memasak nasi, nyapu rumah. Tapi kontraksinya makin sedap. Setiap kontraksi datang, langsung tarik nafas, berdiri pegangan di kursi/dinding, lalu goyang dan buang nafas pelan sambil berdesis, begitu terus. Saya masih menikmati sarapan pagi dengan santai. Lalu suami nanya :" Gimana say, kira-kira udah pembukaan berapa? udah tujuh?" katanya. saya hanya menimpali dengan cengengesan sambil bilang:" ah, nggak mungkinlah bukaan tujuh". masih seger begini. hehehehehe

Jam 7 pagi mbak Yuli sampai di rumah. saya turun ke bawah dan membukakan pintu gerbang. Langsung ke TKP (Kamar saya akan jadi tempat bersalin) dan mbak Yuli langsung VT. eh, tau nggak, tau nggak.... udah bukaan 7 loh... tebakan suamiku jitu.. :)
Langsung mbak Yuli mengkomando untuk memasak air panas. Cukup buru-buru nih. takut lahir sebelum kolam siap. Langsung nyalain kompor gas 5 tungku, berarti udah dekat ya hehehehe... Kolam plastik sudah dipompa sebelumnya. tinggal dimasukin ke kamar mandi dan diisi air dingin. Saya juga masih sempat mandi pagi dengan santai walau sudah bukaan 7 loh. Acara mengisi kolam selesai dalam 1 jam. Sembari menikmati kontraksi yang sudah intens itu saya masih sempat-sempatnya bbm-an membalas orderan pelanggan OS ku ini loh (modus ini mah xixixixi).  

Tadinya mbak Yuli pengen kasi relaksasi pra persalinan, tapi kayaknya udah nggak keburu. Jadinya cuma dibantu usap-usap punggung saja saat kontraksi datang, eh sama didempul-dempul hangat deng. pake alat yang dibawa mbak Yuli. enak banget di dempul gitu pas kontraksi. sekitar tengah sepuluh pagi mbak Yuli VT lagi dan katanya bukaan udah penuh dan siap masuk kolam. Sebelum masuk kolam kita berdoa dulu, dan di saat berdoa kontraksi datang euy, gak konsen jadinya berdoanya. Tapi suami yang pimpin doa terus aja. 

Yuhuuuuuu, nyemplung... rasanya enak. Suhu airnya juga nggak sembarangan. Kata mba Yuli 38 dercel. Dan berasa panas sih menurut aku. hhihihihii.. Oiya, sampai pembukaan penuh dan saya masuk kolam ketuban masih utuh loh, belum pecah. Thanks to dedek udah jalanin request emaknya seperti yang saya tulis di sini.

Sambil menikmati kontraksi yang makin assoyy di kolam, saya bebas bergerak mengatur posisi enak dengan berbagai posisi, mulai dari posisi jongkok, posisi kodok, posisi duduk bersandar. Tiba-tiba saya merasakan saya seperti kentut dari Ms.V hohohoho ternyata ketuban yang pecah. Tapi nggak ngaruh tuh di air, airnya nggak berubah warna, berarti air ketuban saya bagus nggak ijo.

Kontraksinya makin sedapppp... saya lepas kontrol, nggak bisa lagi mengatur napas. Mbak Yuli mengarahin supaya senyum.... iya, S-EN-Y-U-M... kyaaakkkk lupa deh klo kata bu bidan Yessie, kudu buka mulut atas biar mulut bawah juga membuka :) karena sedapnya kontraksi saya peluk mbak Yuli erat-erat sambil mengaum. Saya udah gak tau lagi, eh... Tiba-tiba saja suami sudah ikutan masuk di kolam. Oh iya, kakak Bebev juga berdiri menyemangati saya di pinggir kolam. Tidak sedikitpun dia takut. oh, my girl!!

Setelah beberapa kali di komando mbak Yuli biar atur nafas, tarik dalam-dalam, lalu lepas keluarlah kepala si dedek. Sembari menunggu kontraksi datang lagi, kepala dedek berputar dan kontraksi datang lagi dengan hebat dan blassssshhhhh dedek lahir dan langsung menangis lantang tepat jam 10.35 wib Dedek lalu diangkat bu bidan Yuli dan ditaruh di dada saya. huaaaa... rasa sakitnya lewat, lupa... saya tertawa... Kakak Beverly menyaksikan penuh prosesi kelahiran adiknya. dia begitu berbinar-binar. 

 
Tali Pusarnya itu loh, foto diambil 2 jam setelah kelahiran


Lalu sambil memeluk dedek Abigail dibungkus handuk, saya keluar dari kolam dituntun bu bidan Yuli.  Bisa dibayangin kan, keluar kolam tali pusar masih utuh menggantung dengan plasenta yang masih di dalam perut. heheheheheh... Plasenta dilahirkan di luar kolam, tujuan dari yang saya baca agar bisa diketahui apakah terjadi pendarahan pasca persalinan atau nggak. Nah, begitu saya tiduran di sofa yang sudah disiapin di kamar, plasenta langsung keluar blasssshhh gak pake kontraksi. Setelah itu, saya dibersihin dan dikasi 'tanda cinta' dua cincin luar dan satu cincin dalam di Ms.V hehehehe. Tapi kata bu Bid ini mah luka lama bersemi kembali. bekas si kakak dulu.

Sambil istirahat dan observasi si dedek menikmati IMD nya selama dua jam. Oiya, tali pusar dedek juga tidak di potong. Masih menempel dengan plasentanya. Memang di awal saya berniat untuk Lotus Birth jika tidak ada kendala (Lotus Birth:Tidak memotong tali pusar, tapi membiarkannya sampai lepas sendiri).  Dan puji Tuhan, terlaksana. 

 
Begitulah cerita persalinan impian saya. Tuhan sudah memudahkan semuanya. Kerjasama yang baik dengan adik bayi pun berjalan dengan baik. Dengan menikmati prosesi kelahiran yang sakral itu dan menghadapinya dengan rileks maka semua berjalan dengan lancar. Unforgetable moment deh pokoknya. 

Demikian cerita persalinanku, bagaimana dengan ceritamu kawan? Link di comment ceritamu ya. :):)

Love,



 



3 comments:

Lidya Fitrian said...

postingan belakangan mbak yang penting anak-anak dulu :)

Anonymous said...

Rikaaaaa...
keren banget deh kamyuuuu
hebattt hebattt
bisa water birth, trus ya ampun lotus birth itupun baru denger aku..
gunanaya apa rik si lotus birth itu?

Keke Naima said...

kayaknya seru melahirkan dengan water birth, ya. zaman saya dulu belum denger model persalinan kayak gitu :D