dapet dari Blog tetangga nich tentang pedagang Tasik di Tanah Abang !
sumber : www.hadikuntoro.com
PESONA PASAR TASIK
“Silahkan pak haji…mukenanya pak haji…geulis pisan pak haji ”
“Kumaha teh..? daramang..? nuhun-nuhun….”
Suara-suara dialek sunda yang sangat kental terdengar di semua sudut, dan bersahut-sahutan di pagi hari yang masih dingin, kalau anda ketempat ini dengan mata tertutup saya yakin anda akan mengira ini adalah pasar yang ada di daerah sekitar ibukota Jawa Barat, Bandung dan sekitarnya. Tempat itu ternyata berada di depan stasiun kereta api Tanah Abang, Jakarta Pusat.
Itu adalah dialek kental mereka yang berasal dari Tasikmalaya Jawab Barat, yang rutin setiap Rabu dan Minggu malam sekitar jam 22.00 berkonvoi ke Tanah Abang menjual hasil karya dari desa-desa mereka, Senin dan Kamis dinihari mereka sampai di Jakarta. Dari waktu ke waktu rombongan ini makin besar, bahkan ada tanda2 pasar mereka akan di lokalisir dan disediaka tempat yang sangat lega, ini saya baca dari spanduk2 yang terpapang di pintui masuk pasar tanah abang.
Pedagang2 yang di dominasi ibu2 dan teteh yang cantik2 karena 99% memakai jilbab itu menjajakan dagangan terutama baju2 muslim,atasan,terusan,rok, pakaian ihrom, jilbab2 dan peralatan2 sholat. Barang di pasar ini murah tapi dari pengamatan saya tidak murahan. Harga mukena berkisar dari 300ribu sampai diatas 4juta rupiah. Mahal kah..? Tentu tidak, karena harga yang mereka tawarkan adalah harga per 1 kodi atau 20pcs… Sehingga harga mukena yang ada disana antara 15ribu sampai diatas 200ribu.
Pengalaman kami semurah-murahnya menjual mukena ke end user adalah 40ribu, dan untuk mukena parasit yang kami beli di pasar Tasik 15ribu itu bisa kami ecerkan dengan harga 45-60ribu, yang biasa kami jual 150an, bisa kami temukan disitu seharga 65ribu, dan untuk atasan2 muslim yang biasa kami dapat di Metro Tanah Abang 65ribu dan kami bisa jual 110ribu disitu bisa kami dapatkan dengan harga 45ribu saja... dahsyat khan..?
Bukan itu saja, sekarang terlihat sudah banyak orang2 lain diluar tasik yang memanfaatkan gebyar pagi-nya pasar Tasik di Tanah Abang. Disitu saya bisa ketemu orang2 dari soreang Bandung yang membuat jiplakan baju dannis persis sekali, dan harga hanya dipatok 600rb atau 700rb sekodi, bahkan beberapa orang padang yang biasa jualan di blok F Tanah Abang pun ada yang berjualan disitu dan uniknya harganya lebih murah dari dia si blok F. Contoh kami beli atasan seharga 60ribu, ketika kami pesen sekitar 10kodi, maka dia meminta kami menunggu ambil barang dulu di blok F, yang tokonya tertera di kartu nama dia, ketika dibilang kita ambil di blok F saja ya, agar dekat dengan parkir mobil kami, dia mempersilahkan, tapi nanti harganya akan lebih mahal 10ribu..nah loh…
Tapi tidak berarti semua barang yang di Tanah Abang berasal dari tasik tentu saja, itu hanya sebagian saja, karena masih banyak tempat yang suplai ke Tanah Abang, termasuk dari Kebayoran,Kebun Jeruk, Bekasi, Cipulir bahkan juga luapan2 banjir dari China… Untuk bisa berbelanja dan menikmati momen yang indah di pasar tasik ini anda harus bangun pagi2 di hari Senin atau Kamis, dan bagi anda yang masih seperti saya yang TDB saya sarankan anda ambil cuti saja agar puas.
Dari rumah Bekasi, saya berangkat jam 03.30 dan jalan raya menuju kesana masih serasa milik anda karena Jakarta masih tidur. Lewat Jalan Casablanca hanya 30an menit kami sampai di pasar. Kami parkir di Blok F ambil tempat yang kira2 paling gampang keluar, terus kami jalan kaki 5 menit ke mesjid terbesar, bersih dan nyaman di seputar Tanah Abang yakni mesjid An-nur yang ada si jalan Mas Mansyur. Setelah shalat sekitar jam 05.00 dilanjutkan jalan kaki ke lokasi, dan sebenarnya ini adalah waktu yang sangat tepat bagi anda untuk menghafalkan lokasi2 di Tanah Abang, karena kalau sudah siang, terutama bagi anda yang baru sekali dua kali kesana, maka tanah abang tidak ubahnya seperti hutan belantara baju…
Saya ingat ketika ada orang yang bertanya “Pak, ada nggak sih peta detailnya tanah Abang, menurut saya kok ruwet banget belanja kesana..?
Bapak Yang ditanya yang sudah tahunan bergelut di Tanah Abang memberikan jawaban yang sangat cantik, yakni “Peta itu ada di Jempol Kaki anda” Nha, mulai sekarang saya akan mulai berikan sedikit peta yang saya ketahui.
Lihatlah foto yang saya muat di blog ini :
Foto itu saya ambil kira2 jam 5 pagi, jadi masih terlihat kabur-kabur. Anda yang masih bingung2 di Tanah Abang, pertama2 carilah stasiun kereta api, dan naiklah keatas tangga stasiun, dan amatilah darisana. Carilah hamparan2 tenda biru dari atas stasiun, maka dipastikan hamparan tenda biru itu adalah lapak2nya para pedagang tasik, di di kejauhan sana terlihat ada blok F, maka kalau agak siang sedikit dan anda pergi ke parkiran mobil di lantai atas, maka anda juga akan temukan pedagang2 tasik disana.
Kalau beruntung, anda akan ketemu dengan pedagang jilbab yang kalau anda beli grosiran di Tanah Abang 140ribu sekodi maka anda bisa dapatkan harga disana anda bisa dapatkan harga dibawah 70ribu per-kodinya. Alias Rp3500 rupiah setiap potongnya… Kapan2 saya akan cerita lagi tentang pusat2 grosir yang lain ya… Semoga anda mendapat inspirasi…. Salam Funtastic…
Hadi Kuntoro
http://rajaselimut.com/
Jun 24, 2010
Jun 23, 2010
Penjual Kain Kiloan di Cigonewa Bandung
PAHAM JENIS KAIN JUSTRU DARI PEMBELI
KLIK - DetailSepanjang jalan kawasan ini dijual aneka macam kain kiloan. Pembelinya mulai dari ibu rumah tangga, toko, garmen sampai butik. Asal teliti memilih, bisa mendapat kain berkualitas bagus dengan harga relatif murah.
KLIK - DetailTak salah bila orang mengatakan, Bandung adalah kota kain. Pasalnya, di Kota Kembang ini banyak yang menjual kain berkualitas bagus dengan harga miring. Tempatnya tersebar di berbagai sudut kota. Salah satunya di kawasan Cigonewa. Uniknya, di sepanjang jalan raya ini banyak yang menjual kain kiloan. Tempatnya mulai dari rumah kecil sampai toko besar.
Bila hari libur tiba, bisa dipastikan pengunjung terutama kaum ibu yang belanja membludak. Apalagi, menjelang Lebaran seperti beberapa waktu lalu. "Tak hanya ibu-ibu yang biasanya beli eceran, butik maupun konveksi juga mencari kain di sini," ujar Dadang, salah satu penjual kain di Cigonewa.
Kain yang dijual Dadang dan rekan seprofesinya adalah kain sisa yang didatangkan dari luar negeri. Mereka mengambil langsung dari Tanjung Priuk, Jakarta. "Sehabis kulakan, saya menghubungi langganan lewat telepon. Biasanya, pagi-pagi mereka sudah nunggu di depan pintu. Bahkan, toko-toko di sekitar sini, terkadang membeli kain pada kami."
Dalam seminggu, Dadang bisa dua kali belanja kain ke Tanjung Priuk. Tak tanggung-tanggung, sekali belanja bisa mencapai satu kontainer. Kain yang dibeli dalam hitungan yar tersebut (1 yar = 90 cm, Red.) dibawa ke Bandung dengan meggunakan truk.
Terkadang, Dadang yang buka usaha bersama saudara-saudaranya tak selalu mendapat kain yang dibutuhkan. Pasalnya, "Di Tanjung Priuk, para pedagang kain seperti kami juga banyak dan berebut. Padahal, jumlah kain terbatas. Sering kami hanya dapat 1 - 2 rol.
Jenis kain yang dijual Dadang bermacam-macam. Mulai dari kaus, katun, sampai brokat. Harganya berkisar antara puluhan ribu sampai ratusan ribu rupiah per kilo. Ada juga kain yang dijual per meter. "Kami khusus menjual kain dari Korea. Makanya harganya relatif mahal. Apalagi hanya beberapa toko yang khusus menjual kain dari Korea. Harga bisa turun, tapi hanya sedikit," imbuh Dadang.
KLIK - DetailLAHAN MILIK SENDIRI
Sebelum berjualan kain, Dadang menjual ban di daerah Caringin. Suatu hari, datang orang Korea membeli ban. "Setelah ngobrol-ngobrol, dia memberi tahu saya peluang usaha yang bagus. Yaitu usaha kain yang bisa diambil dari Tanjung Priuk. Tampaknya, menarik juga," kenang Dadang.
Oleh karena usaha ban yang ditekuni kurang menjanjikan, Dadang memutuskan alih usaha seperti disarankan teman barunya. Ia mulai mengambil kain di Tanjung Priuk. "Usaha ban saya tutup. Saya pun pindah ke Cigonewa. Ternyata, hasil jualan ban enggak sebanyak jualan kain," kisahnya.
Sebagai pemain baru, awalnya Dadang tidak tahu seluk-beluk kain. Bahkan, soal jenis-jenis kain pun ia tak mengerti. "Saya justru banyak tahu macam kain dari pembeli. Misalnya saja saya tak punya kain yang dinginkan pembeli, mereka menjelaskan ciri-ciri kain tersebut. Nah, saat belanja ke Tanjung Priuk, kami mencoba nyari."
KLIK - DetailKeputusan Dadang untuk banting setir agaknya tak meleset. Sekarang, dalam sehari omzet tokonya mencapai Rp 2 - 3 juta. Saat keadaan sepi pun ia masih mampu meraih Rp 1 juta. "Pembeli saya berasal dari berbagai Kota. Antara lain Tasik, Garut, Cirebon, Yogyakarta, Tegal, sampai Bali. Khusus pembeli dari Tegal, mereka seringkali membeli kain yang kurang bagus untuk diolah menjadi celana hawaii."
Dadang lebih bersyukur karena toko tempat ia berusaha bukan lahan sewaan, melainkan miliknya sendiri. "Rata-rata di sini memang begitu. Makanya, harga kain di Cigonewa lebih murah dibanding toko lain. Apalagi saya tak perlu bayar karyawan karena saudara-saudara saya ikut membantu," ujar Dadang sembari menambahkan, tokonya buka dari pukul 07.30 - 16.00.
KLIK - DetailMIRIP GUDANG
Berbeda dari Dadang, H. Nunu (58) khusus menjual kain produk lokal. Semua jenis kain yang dijual di tokonya adalah kain sisa produksi pabrik di Bogor, Tangerang, dan Bandung. "Saya tak mau kain impor. Soalnya, harganya lebih mahal. Saya, kan, jual kain khusus untuk konsumen kecil-kecilan," ujar Nunu.
Namanya saja kain sisa, aku Nunu, kain yang dijualnya ada juga yang cacat. "Makanya saya selalu menganjurkan pembeli agar melihat kain sacara cermat. Sedangkan untuk kain yang bagus, pembeli harus pesan dulu. Selain itu, mereka harus pesan dalam jumlah banyak," ujar pria yang mengawali usahanya dari nol.
Sebelumnya, Nunu berjualan sampah plastik. Hasil daur ulang plastik antara lain digunakan untuk membuat ember dan mainan anak-anak. Lama-kelamaan, Nunu jenuh juga karena, "Prosesnya yang lama bikin capek. Setelah dikumpulkan, sampah plastik harus dicuci dulu, dijemur baru dijual. Akhirnya saya pindah ke usaha ini. Waktu itu masih baru. Saya coba-coba mengikuti langkah orang lain," jelasnya.
Waktu itu pada 1982, Nunu menerima tawaran dari sebuah pabrik tekstil untuk membeli kain sisa dan cacat. Dengan modal Rp 154 ribu, Nunu berhasil mendapatkan 25 kg kain sisa. Lalu, dia mengontrak sepetak rumah di daerah Cigonewa. "Saya menjualnya dengan harga murah. Untung sedikit tak apa, yang penting dagangan laku."
Prinsip dagang Nunu terbukti manjur. Dalam waktu singkat, kain dagangan Nunu ludes diserbu pembeli. Lama-kelamaan, jumlah dagangannya meningkat 50 kg, 100 kg, dan seterusnya. "Saya mulai menerima banyak pesanan," cetusnya.
Pelan-pelan, Nunu berhasil membeli rumah yang semula dikontraknya. Ia membangun bangunan besar untuk tokonya. Sepintas, toko ini lebih mirip gudang karena gulungan kain yang dijual Nunu tidak lagi dipajang dalam ruang kecil. Namun, ditempatkan di atas rak-rak besar dalam ruangan luas.
KLIK - DetailBUKTI BON DITUKAR HADIAH
Usaha Nunu terus berkembang. Kini, ia punya tiga toko serupa di Jln. Cigonewa. Dalam menjalankan usahanya, ia dibantu H. Asep, adiknya, yang membantu urusan lapangan. "Saya lebih banyak mengurus soal manajemen."
Lebih dari 500 jenis kain yang dijual Nunu. Antara lain katun, brokat, saten, dan waterproof. Semua berbahan baku sama yaitu polyester. Itu sebabnya, di tokonya Nunu menyediakan delapan buah tabung pemadam kebakaran. "Polyester, kan, sangat gampang terbakar. Makanya, kami melarang orang merokok di dalam toko," tandas Nunu.
Kain waterproof kebanyakan diserbu pembeli dari Medan. "Mereka menggunakannya untuk bikin tenda, jaket, atau tutup mobil. Setelah itu, biasanya dijual lagi. Selain itu, kami juga menjual bahan untuk sepatu dan tas sekolah," imbuh Nunu yang pembelinya berasal dari berbagai kota. .
Begitu larisnya, dalam sehari, sebuah toko Nunu yang dibuka sejak pukul 07.00 - 17.00 bisa menjual ratusan kilo kain. Selama berjualan, Nunu pernah mengelami peristiwa lucu. Pernah ada pembeli yang hanya ingin membeli 3 ons. "Saya bingung ngasih harga berapa.
Akhirnya, malah saya berikan secara cuma-cuma."
Dikatakan Nunu, ia punya cara tersendiri untuk mengikat pelanggannya. Bon pembelian masing-masing pelanggan dikumpulkan. Lalu, menjelang Lebaran seperti kemarin, pembeli berhak mendapat hadiah sesuai besarnya jumlah pembelian. Hadiahnya cukup bervariasi, mulai dari rantang, selusin piring, gelas, radio, sampai teve. "Kami sengaja melakukannya agar pembeli senang," ujarnya.
Menurut Nunu, apa yang diraihnya tak lepas dari rejeki yang diberikan Tuhan. Sikap inilah yang membuatnya selalu menolak tawaran kredit dari bank untuk mengembangkan usahanya. "Modal cukup apa adanya. Toh, begini saja sudah bisa menghajikan saudara-saudara saya yang lain," ujar Nunu dengan rendah hati.
Hasuna Daylailatu
FOTO-FOTO: Widi Nugroho
(http://www.tabloidnova.com/articles.asp?id=1944)
KLIK - DetailSepanjang jalan kawasan ini dijual aneka macam kain kiloan. Pembelinya mulai dari ibu rumah tangga, toko, garmen sampai butik. Asal teliti memilih, bisa mendapat kain berkualitas bagus dengan harga relatif murah.
KLIK - DetailTak salah bila orang mengatakan, Bandung adalah kota kain. Pasalnya, di Kota Kembang ini banyak yang menjual kain berkualitas bagus dengan harga miring. Tempatnya tersebar di berbagai sudut kota. Salah satunya di kawasan Cigonewa. Uniknya, di sepanjang jalan raya ini banyak yang menjual kain kiloan. Tempatnya mulai dari rumah kecil sampai toko besar.
Bila hari libur tiba, bisa dipastikan pengunjung terutama kaum ibu yang belanja membludak. Apalagi, menjelang Lebaran seperti beberapa waktu lalu. "Tak hanya ibu-ibu yang biasanya beli eceran, butik maupun konveksi juga mencari kain di sini," ujar Dadang, salah satu penjual kain di Cigonewa.
Kain yang dijual Dadang dan rekan seprofesinya adalah kain sisa yang didatangkan dari luar negeri. Mereka mengambil langsung dari Tanjung Priuk, Jakarta. "Sehabis kulakan, saya menghubungi langganan lewat telepon. Biasanya, pagi-pagi mereka sudah nunggu di depan pintu. Bahkan, toko-toko di sekitar sini, terkadang membeli kain pada kami."
Dalam seminggu, Dadang bisa dua kali belanja kain ke Tanjung Priuk. Tak tanggung-tanggung, sekali belanja bisa mencapai satu kontainer. Kain yang dibeli dalam hitungan yar tersebut (1 yar = 90 cm, Red.) dibawa ke Bandung dengan meggunakan truk.
Terkadang, Dadang yang buka usaha bersama saudara-saudaranya tak selalu mendapat kain yang dibutuhkan. Pasalnya, "Di Tanjung Priuk, para pedagang kain seperti kami juga banyak dan berebut. Padahal, jumlah kain terbatas. Sering kami hanya dapat 1 - 2 rol.
Jenis kain yang dijual Dadang bermacam-macam. Mulai dari kaus, katun, sampai brokat. Harganya berkisar antara puluhan ribu sampai ratusan ribu rupiah per kilo. Ada juga kain yang dijual per meter. "Kami khusus menjual kain dari Korea. Makanya harganya relatif mahal. Apalagi hanya beberapa toko yang khusus menjual kain dari Korea. Harga bisa turun, tapi hanya sedikit," imbuh Dadang.
KLIK - DetailLAHAN MILIK SENDIRI
Sebelum berjualan kain, Dadang menjual ban di daerah Caringin. Suatu hari, datang orang Korea membeli ban. "Setelah ngobrol-ngobrol, dia memberi tahu saya peluang usaha yang bagus. Yaitu usaha kain yang bisa diambil dari Tanjung Priuk. Tampaknya, menarik juga," kenang Dadang.
Oleh karena usaha ban yang ditekuni kurang menjanjikan, Dadang memutuskan alih usaha seperti disarankan teman barunya. Ia mulai mengambil kain di Tanjung Priuk. "Usaha ban saya tutup. Saya pun pindah ke Cigonewa. Ternyata, hasil jualan ban enggak sebanyak jualan kain," kisahnya.
Sebagai pemain baru, awalnya Dadang tidak tahu seluk-beluk kain. Bahkan, soal jenis-jenis kain pun ia tak mengerti. "Saya justru banyak tahu macam kain dari pembeli. Misalnya saja saya tak punya kain yang dinginkan pembeli, mereka menjelaskan ciri-ciri kain tersebut. Nah, saat belanja ke Tanjung Priuk, kami mencoba nyari."
KLIK - DetailKeputusan Dadang untuk banting setir agaknya tak meleset. Sekarang, dalam sehari omzet tokonya mencapai Rp 2 - 3 juta. Saat keadaan sepi pun ia masih mampu meraih Rp 1 juta. "Pembeli saya berasal dari berbagai Kota. Antara lain Tasik, Garut, Cirebon, Yogyakarta, Tegal, sampai Bali. Khusus pembeli dari Tegal, mereka seringkali membeli kain yang kurang bagus untuk diolah menjadi celana hawaii."
Dadang lebih bersyukur karena toko tempat ia berusaha bukan lahan sewaan, melainkan miliknya sendiri. "Rata-rata di sini memang begitu. Makanya, harga kain di Cigonewa lebih murah dibanding toko lain. Apalagi saya tak perlu bayar karyawan karena saudara-saudara saya ikut membantu," ujar Dadang sembari menambahkan, tokonya buka dari pukul 07.30 - 16.00.
KLIK - DetailMIRIP GUDANG
Berbeda dari Dadang, H. Nunu (58) khusus menjual kain produk lokal. Semua jenis kain yang dijual di tokonya adalah kain sisa produksi pabrik di Bogor, Tangerang, dan Bandung. "Saya tak mau kain impor. Soalnya, harganya lebih mahal. Saya, kan, jual kain khusus untuk konsumen kecil-kecilan," ujar Nunu.
Namanya saja kain sisa, aku Nunu, kain yang dijualnya ada juga yang cacat. "Makanya saya selalu menganjurkan pembeli agar melihat kain sacara cermat. Sedangkan untuk kain yang bagus, pembeli harus pesan dulu. Selain itu, mereka harus pesan dalam jumlah banyak," ujar pria yang mengawali usahanya dari nol.
Sebelumnya, Nunu berjualan sampah plastik. Hasil daur ulang plastik antara lain digunakan untuk membuat ember dan mainan anak-anak. Lama-kelamaan, Nunu jenuh juga karena, "Prosesnya yang lama bikin capek. Setelah dikumpulkan, sampah plastik harus dicuci dulu, dijemur baru dijual. Akhirnya saya pindah ke usaha ini. Waktu itu masih baru. Saya coba-coba mengikuti langkah orang lain," jelasnya.
Waktu itu pada 1982, Nunu menerima tawaran dari sebuah pabrik tekstil untuk membeli kain sisa dan cacat. Dengan modal Rp 154 ribu, Nunu berhasil mendapatkan 25 kg kain sisa. Lalu, dia mengontrak sepetak rumah di daerah Cigonewa. "Saya menjualnya dengan harga murah. Untung sedikit tak apa, yang penting dagangan laku."
Prinsip dagang Nunu terbukti manjur. Dalam waktu singkat, kain dagangan Nunu ludes diserbu pembeli. Lama-kelamaan, jumlah dagangannya meningkat 50 kg, 100 kg, dan seterusnya. "Saya mulai menerima banyak pesanan," cetusnya.
Pelan-pelan, Nunu berhasil membeli rumah yang semula dikontraknya. Ia membangun bangunan besar untuk tokonya. Sepintas, toko ini lebih mirip gudang karena gulungan kain yang dijual Nunu tidak lagi dipajang dalam ruang kecil. Namun, ditempatkan di atas rak-rak besar dalam ruangan luas.
KLIK - DetailBUKTI BON DITUKAR HADIAH
Usaha Nunu terus berkembang. Kini, ia punya tiga toko serupa di Jln. Cigonewa. Dalam menjalankan usahanya, ia dibantu H. Asep, adiknya, yang membantu urusan lapangan. "Saya lebih banyak mengurus soal manajemen."
Lebih dari 500 jenis kain yang dijual Nunu. Antara lain katun, brokat, saten, dan waterproof. Semua berbahan baku sama yaitu polyester. Itu sebabnya, di tokonya Nunu menyediakan delapan buah tabung pemadam kebakaran. "Polyester, kan, sangat gampang terbakar. Makanya, kami melarang orang merokok di dalam toko," tandas Nunu.
Kain waterproof kebanyakan diserbu pembeli dari Medan. "Mereka menggunakannya untuk bikin tenda, jaket, atau tutup mobil. Setelah itu, biasanya dijual lagi. Selain itu, kami juga menjual bahan untuk sepatu dan tas sekolah," imbuh Nunu yang pembelinya berasal dari berbagai kota. .
Begitu larisnya, dalam sehari, sebuah toko Nunu yang dibuka sejak pukul 07.00 - 17.00 bisa menjual ratusan kilo kain. Selama berjualan, Nunu pernah mengelami peristiwa lucu. Pernah ada pembeli yang hanya ingin membeli 3 ons. "Saya bingung ngasih harga berapa.
Akhirnya, malah saya berikan secara cuma-cuma."
Dikatakan Nunu, ia punya cara tersendiri untuk mengikat pelanggannya. Bon pembelian masing-masing pelanggan dikumpulkan. Lalu, menjelang Lebaran seperti kemarin, pembeli berhak mendapat hadiah sesuai besarnya jumlah pembelian. Hadiahnya cukup bervariasi, mulai dari rantang, selusin piring, gelas, radio, sampai teve. "Kami sengaja melakukannya agar pembeli senang," ujarnya.
Menurut Nunu, apa yang diraihnya tak lepas dari rejeki yang diberikan Tuhan. Sikap inilah yang membuatnya selalu menolak tawaran kredit dari bank untuk mengembangkan usahanya. "Modal cukup apa adanya. Toh, begini saja sudah bisa menghajikan saudara-saudara saya yang lain," ujar Nunu dengan rendah hati.
Hasuna Daylailatu
FOTO-FOTO: Widi Nugroho
(http://www.tabloidnova.com/articles.asp?id=1944)
Labels:
bahan brokat,
baju hamil,
baju menyusui,
bisnis online,
hamil ceria,
Kain kiloan
Jun 16, 2010
Belanja Stock Pertama
Jumat, 02 April 2010
Setelah menetapkan bisnis yang akan ditekuni, saya dan suami berangkat mencari toko grosir baju hamil di tanah abang, sebelumnya saya sudah googling di internet yang menjual barang dimaksud. Kami ingin mendapatkan suplier tangan pertama. Dan ketika kami tiba di sana, mutar-mutar, bisa dibayangkan ramainya pusat grosir tanah abang jika hari libur.
Setelah memperkenalkan diri dengan yang punya toko bahwa kita sudah telepon sebelumnya, akhirnya deal lah dengan harga. Model pakaiannya cukup lumayan tidak terlalu jadul layaknya baju hamil biasanya gombrong dan seperti baju tidur. Kami tertarik dengan modelnya, dan yakin bisa laku di jual.
Akhirnya kita buka nota Rp bla..bla.. juta (pakai uang tabungan beberapa bulan setelah nikah). Saya dan suami boyongan barang yang lumayan banyak, suami siap panggul sampai ke tempat angkot nge tem. maklumlah kita masih ngeteng. Tapi jadi olahraga juga (tetap optimis), saya yang lagi hamil 5 bulan ikut kebagian tenteng 1 kantong besar. :)
Sampai di rumah sudah menjelang magrib, kelaparan karena di perjalanan tidak makan apa-apa selain minum aqua.
Inilah sebagian barang yang kami pikul bersama untuk dijadikan uang. Sasaran pejualan adalah online melalui website gratisan yang selama ini saya pakai sebagai lapak pertama saya.
Semoga penjualan lancar, amin...
Setelah menetapkan bisnis yang akan ditekuni, saya dan suami berangkat mencari toko grosir baju hamil di tanah abang, sebelumnya saya sudah googling di internet yang menjual barang dimaksud. Kami ingin mendapatkan suplier tangan pertama. Dan ketika kami tiba di sana, mutar-mutar, bisa dibayangkan ramainya pusat grosir tanah abang jika hari libur.
Setelah memperkenalkan diri dengan yang punya toko bahwa kita sudah telepon sebelumnya, akhirnya deal lah dengan harga. Model pakaiannya cukup lumayan tidak terlalu jadul layaknya baju hamil biasanya gombrong dan seperti baju tidur. Kami tertarik dengan modelnya, dan yakin bisa laku di jual.
Akhirnya kita buka nota Rp bla..bla.. juta (pakai uang tabungan beberapa bulan setelah nikah). Saya dan suami boyongan barang yang lumayan banyak, suami siap panggul sampai ke tempat angkot nge tem. maklumlah kita masih ngeteng. Tapi jadi olahraga juga (tetap optimis), saya yang lagi hamil 5 bulan ikut kebagian tenteng 1 kantong besar. :)
Sampai di rumah sudah menjelang magrib, kelaparan karena di perjalanan tidak makan apa-apa selain minum aqua.
Inilah sebagian barang yang kami pikul bersama untuk dijadikan uang. Sasaran pejualan adalah online melalui website gratisan yang selama ini saya pakai sebagai lapak pertama saya.
Semoga penjualan lancar, amin...
Labels:
baju hamil,
baju menyusui,
Peluang Bisnis,
toko online
Jun 15, 2010
Jadi pengusaha Yuk!!
Judul ini terinsipirasi dari blog Pak Fuad Muftie yang baru saya baca.
Sejak aku hamil, betapa sulit rasanya mendapatkan baju hamil. sehingga kondisi ini menginspirasi saya untuk berjualan baju hamil. Ketika ide ini saya sampaikan kepada suami, beliau mendukung. Maka kita membuat perkiraan budget untuk pembelian pertama. Sasaran pertama adalah melakukan penjualan online. Bagi saya online shop sudah cukup familiar. Karena sebelumnya juga sudah menjual produk suplemen lewat online sudah berjalan sekitar 2 tahun lebih.
Akhirnya kita putuskan untuk hunting suplier baju hamil. Dan kita menemukan suplier yang punya pabrik sendiri, sehingga kita menjadi tangan kedua, jadi barang masih cukup murah dibanding dengan penjual lainnya. Saat ini kita sedang mencari suplier sejenis supaya barang lebih variatif.
ini salah satu contoh barangnya.
Sebelumnya jualan online hanya menggunakan website gratis di multiply ini , akhirnya saya menutuskan untuk membeli domain yang harganya tidak terlalu mahal, untuk penggunaan setahun. kalau saya hitung-hitung perhari Rp 1,300 perak sewanya. sehingga jadilah lapak saya ini. Kami ingin sekali punya toko offline, namun karena saya dan suami masih bekerja jadi karyawan, belum bisa. Kami sedang merangkak membenahi toko ini, semoga ke depan lebih baik lagi. kami bercita - cita punya toko offline, ingin punya pabrik sendiri dan menjadi suplier besar. Semoga Tuhan mendengar doa kami, dan tentunya terus berusaha. Amin
Sejak aku hamil, betapa sulit rasanya mendapatkan baju hamil. sehingga kondisi ini menginspirasi saya untuk berjualan baju hamil. Ketika ide ini saya sampaikan kepada suami, beliau mendukung. Maka kita membuat perkiraan budget untuk pembelian pertama. Sasaran pertama adalah melakukan penjualan online. Bagi saya online shop sudah cukup familiar. Karena sebelumnya juga sudah menjual produk suplemen lewat online sudah berjalan sekitar 2 tahun lebih.
Akhirnya kita putuskan untuk hunting suplier baju hamil. Dan kita menemukan suplier yang punya pabrik sendiri, sehingga kita menjadi tangan kedua, jadi barang masih cukup murah dibanding dengan penjual lainnya. Saat ini kita sedang mencari suplier sejenis supaya barang lebih variatif.
ini salah satu contoh barangnya.
Sebelumnya jualan online hanya menggunakan website gratis di multiply ini , akhirnya saya menutuskan untuk membeli domain yang harganya tidak terlalu mahal, untuk penggunaan setahun. kalau saya hitung-hitung perhari Rp 1,300 perak sewanya. sehingga jadilah lapak saya ini. Kami ingin sekali punya toko offline, namun karena saya dan suami masih bekerja jadi karyawan, belum bisa. Kami sedang merangkak membenahi toko ini, semoga ke depan lebih baik lagi. kami bercita - cita punya toko offline, ingin punya pabrik sendiri dan menjadi suplier besar. Semoga Tuhan mendengar doa kami, dan tentunya terus berusaha. Amin
Labels:
baju hamil,
baju menyusui,
bisnis online,
peluang usaha
I am Back
Sudah lama sekali saya tidak mengupdate blog saya ini. Bahkan bisa terlewat 1x sebulan pun tidak tulis apa-apa. saat ini hanya mau cerita sedikit perkembangan kehamilan saya. Kehamilan saya sudah memasuki minggu ke 30, tapi kemarin hasil USG menunjukkan kehamilan 32 Minggu.
Posisi bayiku masih melintang, kepala di atas, kaki di bawah, dokter saranin untuk rajin nungging, supaya membantu bayi berputar. So far, bayi sehat. di minggu ke 30, berat bayi sudah 1.8 kg. sedangkan saya sendiri mengalami kenaikan BB yang cukup tinggi, entah karena hati senang, makan pun banyak. Dari kontrol sebulan yang lalu, bulan ini sukses naik BB 5 kg, jadi posisi BB sekarang di 74 kg. Tapi memang tidak terlalu mencolok gemuknya karena postur tubuh saya tinggi.
Mudah-mudahan bulan ini BB lebih terkontrol lagi, dan berat bayi juga tidak terlalu cepat naik, karena ingin melahirkan normal. Tidak terbersit untuk melahirkan caesar, seperti kata mamaku, Tuhan sudah menciptakan jalan lahir sedemikian rupa, kenapa mesti lahir dari jalan yang dibuat sendiri. Semoga kehamilanku lancar, bayiku berkembang sempurna hingga waktunya dilahirkan tiba, lahir dengan normal. Amin, Terimakasih Tuhan atas titipan indah ini.
Posisi bayiku masih melintang, kepala di atas, kaki di bawah, dokter saranin untuk rajin nungging, supaya membantu bayi berputar. So far, bayi sehat. di minggu ke 30, berat bayi sudah 1.8 kg. sedangkan saya sendiri mengalami kenaikan BB yang cukup tinggi, entah karena hati senang, makan pun banyak. Dari kontrol sebulan yang lalu, bulan ini sukses naik BB 5 kg, jadi posisi BB sekarang di 74 kg. Tapi memang tidak terlalu mencolok gemuknya karena postur tubuh saya tinggi.
Mudah-mudahan bulan ini BB lebih terkontrol lagi, dan berat bayi juga tidak terlalu cepat naik, karena ingin melahirkan normal. Tidak terbersit untuk melahirkan caesar, seperti kata mamaku, Tuhan sudah menciptakan jalan lahir sedemikian rupa, kenapa mesti lahir dari jalan yang dibuat sendiri. Semoga kehamilanku lancar, bayiku berkembang sempurna hingga waktunya dilahirkan tiba, lahir dengan normal. Amin, Terimakasih Tuhan atas titipan indah ini.
Subscribe to:
Posts (Atom)