Musibah, Iya. Rumah kami disatroni maling hari senin menjelang subuh. Sebuah sepeda motor yang parker di teras rumah raib. Motor dinas suami saya. Dan suami saya saat peristiwa itu sedang dinas di luar kota. Motor yang diparkir di teras rumah sudah dikunci stang dan di gembok ramnya. Dan itu motor itu selalu parker di situ sejak kami pindah kerumah yang kami diami sekarang kurang lebih sudah tiga bulan. Dan aman-aman saja. Hingga pada hari senin pagi itu, ketika adik saya membuka pintu, dia setengah histeris bilang:”motornya mana?”
Saya yang sedang menyiapkan makanan Beverly setengah berlari ke depan dan betul motor itu sudah tidak ada. Sedangkan pagar tetap tertutup rapi tanpa sedikit bekas. Pagar selalu digembok, dan gempoknya pun di bawa sama si maling.
Saat saya dating membuat laporan kehilangan ke kantor polisi diantar oleh kakak ipar saya, reserse langsung minta dianter ke TKP untuk cek ini itu. Seperti biasa untuk foto-foto dan Tanya-tanya. Kunci dan STNK Ditinggalkan di kantor polisi. Dan selesai mengurus surat kehilangan itu sudah pukul sebelas siang dan sayapun bolos dari kerjaan. Hadeuhhhh maling, maling… belum tau nanti bagaimana pertanggungjawabannya ke kantor suami. Surat kehilangan sudah dikirimkan ke atasan suami. Sedangkan suami dinas luar kota tiga minggu. :(:(
yahhh... begitulah lagi apes. Tapi kata orang-orang, memang menjelang puasa dan lebaran, maling marak. Entah apa sebab. Saya juga bingung. Buat teman-teman yang baca, hati-hati meletakkan/menyimpan barang anda. Maling mengintai kapan saja.
Waspadalah, waspadalah
Jul 27, 2011
Jul 20, 2011
(Mpasi): Tim Nasi Campur Rasa
Tadi malam saya pun baking untuk makanan Bev hari ini. Sudah banyak contekan menu dari HHBF (Homemade Healthy Baby Food). Tapi saya belum bisa praktekkan maksimal. Tanya kenapa? Hehehehe..
Back to judul. Saya pakai bahan yang tersedia saja, dan resep pun tidak ditulis hanya modal mengingat dan modifikasi.
Inilah bahannya:
Nasi matang (dari magic com)
Wortel (Serut)
Labu parang (serut)
Apel (serut)
Daging giling (yang sudah dimasak sebelumnya, stok di freezer)
Air rebusan kacang ijo
Keju Parut
Bawang putih sedikit
Unsalted butter
Cara membuatnya:
1. Kukus Wortel + Labu parang + Apel sampai empuk. Angkat, setelah hangat, blender bersama nasi dan daging giling tambahkan air rebusan kacang ijo. Kalau terlalu kental tambahkan sedikit air.
2. Parut bawang putih, oseng sampai harum dengan unsalted butter campurkan dengan no.1
Aduk – aduk lalu tuang di cetakan. Taburi keju parut, kukus sekitar 20 menit. Angkat. Sajikan. Rasanya yummy, lembut.
Karena ini dibuatnya tadi malam dan baru disajikan untuk Bev tadi pagi, jadi dihangatkan dulu dengan cara dikukus lagi 5 menit.
Bakingselesaipukulsebelasmalam)
Hasilnya???
Bev yang lagi pilek sebelumnya makan ogah-ogahan, tadi pagi menghabiskan 1,5 cetakan. Dan makannya lahap tanpa dirayu-rayu segala. Emaknya semangat menyuapi dan puas banget rasanya :):) Jingkrak-jingkrak* Thanks God.
Back to judul. Saya pakai bahan yang tersedia saja, dan resep pun tidak ditulis hanya modal mengingat dan modifikasi.
Inilah bahannya:
Nasi matang (dari magic com)
Wortel (Serut)
Labu parang (serut)
Apel (serut)
Daging giling (yang sudah dimasak sebelumnya, stok di freezer)
Air rebusan kacang ijo
Keju Parut
Bawang putih sedikit
Unsalted butter
Cara membuatnya:
1. Kukus Wortel + Labu parang + Apel sampai empuk. Angkat, setelah hangat, blender bersama nasi dan daging giling tambahkan air rebusan kacang ijo. Kalau terlalu kental tambahkan sedikit air.
2. Parut bawang putih, oseng sampai harum dengan unsalted butter campurkan dengan no.1
Aduk – aduk lalu tuang di cetakan. Taburi keju parut, kukus sekitar 20 menit. Angkat. Sajikan. Rasanya yummy, lembut.
Karena ini dibuatnya tadi malam dan baru disajikan untuk Bev tadi pagi, jadi dihangatkan dulu dengan cara dikukus lagi 5 menit.
Bakingselesaipukulsebelasmalam)
Hasilnya???
Bev yang lagi pilek sebelumnya makan ogah-ogahan, tadi pagi menghabiskan 1,5 cetakan. Dan makannya lahap tanpa dirayu-rayu segala. Emaknya semangat menyuapi dan puas banget rasanya :):) Jingkrak-jingkrak* Thanks God.
Jul 19, 2011
Ma, aku mau bobo di kamar saja
Ceritanya sudah dua hari ini Bev pilek. Memang lagi musim influenza kali ya. Dalam bulan juli ini, ini yang kedua kalinya Bev terserang pilek. Namanya juga pilek pasti hidunganpun ikutan meler dan mampet. Dan tentunya akan menjadi sulit bernafas buat seorang bayi. Dia tidak mengerti bagaimana cara mengatasinya. Yang ada dia hanya menangis dan jadinya rewel banget. Namun kali ini tidak terlalu rewel sih. Hanya saja, karena hidungnya mampet, jadi saat dia menyusu tidak bisa konsentrasi. Dan pasti di lepas-lepas buat bernafas (sepertinya bayi klo lagi pilek jadinya bernafas dengan mulut) dan menyusunya jadi terganggu sehingga Bev tidak kelihatan puas minumnya. Karena Bev menyusu di lepas-lepas, efeknya sama emaknya. Secara tidak sadar Bev jadi sering menggigit saat menyusu. Boleh dibayangkan bagaimana sakitnya jika puting yang sudah luka digigit, digigit lagi. Rasanya seperti kesetrum.
Pengalaman dari pileknya Bev sebelumnya, karena di lepas-lepas saat menyusu itu, waktu itu saya kesakitan banget, lalu saya bawa keluar kamar dan bawa ke dapur. Bev saya kasi air putih. Tapi saat di bawa keluar kamar Bev menangis kencang. Begitu juga tadi malam, Karena saat menyusu di lepas-lepas, saya gendong ke luar kamar dia menangis kencang,saya dibawa ke dapur, lalu saya tawarkan air putih tapi dia tidak mau. Lalu di bawa masuk lagi ke kamar, dia menunjuk-nunjuk ke kasur dan memegangi kelambu tidur seolah berkata:”ma, aku bobo di kamar saja”. Mungkin dia pikir ketika saya gendong keluar kamar, artinya saya marah dan tidak memperbolehkan dia tidur di kamar. Buktinya setelah saya bawa ke kasur, dia diam. Ya ampun Bev, bayiku yang berumur sebelas bulan plus sudah mengerti. Sudah punya rasa takut, sudah paham bahwa kamar kami adalah tempat tidurnya. Iya deh, Bev bobo di kamar ya. Mik yang baik dan jangan mengigit lagi ya. Semoga pileknya sembuh ya cantik. Mom love you.
Pengalaman dari pileknya Bev sebelumnya, karena di lepas-lepas saat menyusu itu, waktu itu saya kesakitan banget, lalu saya bawa keluar kamar dan bawa ke dapur. Bev saya kasi air putih. Tapi saat di bawa keluar kamar Bev menangis kencang. Begitu juga tadi malam, Karena saat menyusu di lepas-lepas, saya gendong ke luar kamar dia menangis kencang,saya dibawa ke dapur, lalu saya tawarkan air putih tapi dia tidak mau. Lalu di bawa masuk lagi ke kamar, dia menunjuk-nunjuk ke kasur dan memegangi kelambu tidur seolah berkata:”ma, aku bobo di kamar saja”. Mungkin dia pikir ketika saya gendong keluar kamar, artinya saya marah dan tidak memperbolehkan dia tidur di kamar. Buktinya setelah saya bawa ke kasur, dia diam. Ya ampun Bev, bayiku yang berumur sebelas bulan plus sudah mengerti. Sudah punya rasa takut, sudah paham bahwa kamar kami adalah tempat tidurnya. Iya deh, Bev bobo di kamar ya. Mik yang baik dan jangan mengigit lagi ya. Semoga pileknya sembuh ya cantik. Mom love you.
Jul 15, 2011
Kasih Sayang Seorang Ibu
Saat kau berumur 15 tahun, dia pulang kerja ingin memelukmu.
Sebagai balasannya, kau kunci pintu kamarmu.
Saat kau berumur 16 tahun, dia ajari kau mengemudi mobilnya.
Sebagai balasannya, kau pakai mobilnya setiap ada kesempatan tanpa peduli kepentingannya.
Saat kau berumur 17 tahun, dia sedang menunggu telepon yang penting.
Sebagai balasannya, kau pakai telepon nonstop semalaman.
Saat kau berumur 18 tahun, dia menangis terharu ketika kau lulus SMA.
Sebagai balasannya, kau berpesta dengan temanmu hingga pagi.
Saat kau berumur 19 tahun, dia membayar biaya kuliahmu dan mengantarmu ke kampus pada hari pertama.
Sebagai balasannya, kau minta diturunkan jauh dari pintu gerbang agar kau tidak malu di depan teman-temanmu.
Saat kau berumur 20 tahun, dia bertanya, “Dari mana saja seharian ini?”
Sebagai balasannya, kau jawab, “Ah Ibu cerewet amat sih, ingin tahu urusan orang!”
Saat kau berumur 21 tahun, dia menyarankan satu pekerjaan yang bagus untuk karirmu di masa depan. Sebagai balasannya, kau katakan, “Aku tidak ingin seperti Ibu.”
Saat kau berumur 22 tahun, dia memelukmu dengan haru saat kau lulus perguruan tinggi.
Sebagai balasannya, kau tanya dia kapan kau bisa ke Bali.
Saat kau berumur 23 tahun, dia membelikanmu 1 set furniture untuk rumah barumu.
Sebagai balasannya, kau ceritakan pada temanmu betapa jeleknya furniture itu.
Saat kau berumur 24 tahun, dia bertemu dengan tunanganmu dan bertanya tentang rencananya di masa depan.
Sebagai balasannya, kau mengeluh, “Bagaimana Ibu ini, kok bertanya seperti itu?”
Saat kau berumur 25 tahun, dia mambantumu membiayai pernikahanmu.
Sebagai balasannya, kau pindah ke kota lain yang jaraknya lebih dari 500 km.
Saat kau berumur 30 tahun, dia memberikan beberapa nasehat bagaimana merawat bayimu. Sebagai balasannya, kau katakan padanya,”Bu, sekarang jamannya sudah berbeda!”
Saat kau berumur 40 tahun, dia menelepon untuk memberitahukan pesta ulang tahun salah seorang kerabat. Sebagai balasannya, kau jawab, “Bu, saya sibuk sekali, nggak ada waktu.”
Saat kau berumur 50 tahun, dia sakit-sakitan sehingga memerlukan perawatanmu.
Sebagai balasannya, kau baca tentang pengaruh negatif orang tua yang menumpang tinggal di rumah anak-anaknya.
Dan hingga suatu hari, dia meninggal dengan tenang. Dan tiba-tiba kau teringat semua yang belum pernah kau lakukan, karena mereka datang menghantam HATI mu bagaikan palu godam.
JIKA BELIAU MASIH ADA, JANGAN LUPA MEMBERIKAN KASIH SAYANGMU LEBIH DARI YANG PERNAH KAU BERIKAN SELAMA INI DAN JIKA BELIAU SUDAH TIADA, INGATLAH KASIH SAYANG DAN CINTANYA YANG TULUS TANPA SYARAT KEPADAMU.
Submitted by : unknown
Sebagai balasannya, kau kunci pintu kamarmu.
Saat kau berumur 16 tahun, dia ajari kau mengemudi mobilnya.
Sebagai balasannya, kau pakai mobilnya setiap ada kesempatan tanpa peduli kepentingannya.
Saat kau berumur 17 tahun, dia sedang menunggu telepon yang penting.
Sebagai balasannya, kau pakai telepon nonstop semalaman.
Saat kau berumur 18 tahun, dia menangis terharu ketika kau lulus SMA.
Sebagai balasannya, kau berpesta dengan temanmu hingga pagi.
Saat kau berumur 19 tahun, dia membayar biaya kuliahmu dan mengantarmu ke kampus pada hari pertama.
Sebagai balasannya, kau minta diturunkan jauh dari pintu gerbang agar kau tidak malu di depan teman-temanmu.
Saat kau berumur 20 tahun, dia bertanya, “Dari mana saja seharian ini?”
Sebagai balasannya, kau jawab, “Ah Ibu cerewet amat sih, ingin tahu urusan orang!”
Saat kau berumur 21 tahun, dia menyarankan satu pekerjaan yang bagus untuk karirmu di masa depan. Sebagai balasannya, kau katakan, “Aku tidak ingin seperti Ibu.”
Saat kau berumur 22 tahun, dia memelukmu dengan haru saat kau lulus perguruan tinggi.
Sebagai balasannya, kau tanya dia kapan kau bisa ke Bali.
Saat kau berumur 23 tahun, dia membelikanmu 1 set furniture untuk rumah barumu.
Sebagai balasannya, kau ceritakan pada temanmu betapa jeleknya furniture itu.
Saat kau berumur 24 tahun, dia bertemu dengan tunanganmu dan bertanya tentang rencananya di masa depan.
Sebagai balasannya, kau mengeluh, “Bagaimana Ibu ini, kok bertanya seperti itu?”
Saat kau berumur 25 tahun, dia mambantumu membiayai pernikahanmu.
Sebagai balasannya, kau pindah ke kota lain yang jaraknya lebih dari 500 km.
Saat kau berumur 30 tahun, dia memberikan beberapa nasehat bagaimana merawat bayimu. Sebagai balasannya, kau katakan padanya,”Bu, sekarang jamannya sudah berbeda!”
Saat kau berumur 40 tahun, dia menelepon untuk memberitahukan pesta ulang tahun salah seorang kerabat. Sebagai balasannya, kau jawab, “Bu, saya sibuk sekali, nggak ada waktu.”
Saat kau berumur 50 tahun, dia sakit-sakitan sehingga memerlukan perawatanmu.
Sebagai balasannya, kau baca tentang pengaruh negatif orang tua yang menumpang tinggal di rumah anak-anaknya.
Dan hingga suatu hari, dia meninggal dengan tenang. Dan tiba-tiba kau teringat semua yang belum pernah kau lakukan, karena mereka datang menghantam HATI mu bagaikan palu godam.
JIKA BELIAU MASIH ADA, JANGAN LUPA MEMBERIKAN KASIH SAYANGMU LEBIH DARI YANG PERNAH KAU BERIKAN SELAMA INI DAN JIKA BELIAU SUDAH TIADA, INGATLAH KASIH SAYANG DAN CINTANYA YANG TULUS TANPA SYARAT KEPADAMU.
Submitted by : unknown
Jul 13, 2011
Beverly day by day
E.d.i.t.e.d
Tau nggak,
mamaku sekarang lagi seneng-senengnya mengedit foto. Katanya buat buang suntuk klo lagi kusut di kantor. Nah, ini slaah satu hasil editan mamaku. Foto sebenarnya adalah foto pas pulang gereja pada hari sabat waktu sabat gabungan di bogor. Karena kelamaan nunggu papaku, jadilah tanteku jepret-jepret fotoin aku dan mamaku. Ternyata hasilnya bagus, sayangnya backgroundnya jelek, banyak sampah, soalnya waktu itu nungguin papaku di parkiran.
Akhirnya diedit sama mamaku jadi begini deh. Backgroundnya jadi seperti tempat wedding ya, cuma jadinya kostumnya gak matching euy. Gak apa apa deh. yang penting keren. hehehhee... Editannya masih kasar ya...
mamaku sekarang lagi seneng-senengnya mengedit foto. Katanya buat buang suntuk klo lagi kusut di kantor. Nah, ini slaah satu hasil editan mamaku. Foto sebenarnya adalah foto pas pulang gereja pada hari sabat waktu sabat gabungan di bogor. Karena kelamaan nunggu papaku, jadilah tanteku jepret-jepret fotoin aku dan mamaku. Ternyata hasilnya bagus, sayangnya backgroundnya jelek, banyak sampah, soalnya waktu itu nungguin papaku di parkiran.
Akhirnya diedit sama mamaku jadi begini deh. Backgroundnya jadi seperti tempat wedding ya, cuma jadinya kostumnya gak matching euy. Gak apa apa deh. yang penting keren. hehehhee... Editannya masih kasar ya...
Hi, Meet Papaya Lover
In a relationship, married or not, You should read this
When I got home that night as my wife served dinner, I held her hand and said, I’ve got something to tell you. She sat down and ate quietly. Again I observed the hurt in her eyes.
Suddenly I didn’t know how to open my mouth. But I had to let her know what I was thinking. I want a divorce. I raised the topic calmly. She didn’t seem to be annoyed by my words, instead she asked me softly, why?
I avoided her question. This made her angry. She threw away the chopsticks and shouted at me, you are not a man! That night, we didn’t talk to each other. She was weeping. I knew she wanted to find out what had happened to our marriage. But I could hardly give her a satisfactory answer; she had lost my heart to Jane. I didn’t love her anymore. I just pitied her!
With a deep sense of guilt, I drafted a divorce agreement which stated that she could own our house, our car, and 30% stake of my company. She glanced at it and then tore it into pieces. The woman who had spent ten years of her life with me had become a stranger. I felt sorry for her wasted time, resources and energy but I could not take back what I had said for I loved Jane so dearly. Finally she cried loudly in front of me, which was what I had expected to see. To me her cry was actually a kind of release. The idea of divorce which had obsessed me for several weeks seemed to be firmer and clearer now.
The next day, I came back home very late and found her writing something at the table. I didn’t have supper but went straight to sleep and fell asleep very fast because I was tired after an eventful day with Jane. When I woke up, she was still there at the table writing. I just did not care so I turned over and was asleep again.
In the morning she presented her divorce conditions: she didn’t want anything from me, but needed a month’s notice before the divorce. She requested that in that one month we both struggle to live as normal a life as possible. Her reasons were simple: our son had his exams in a month’s time and she didn’t want to disrupt him with our broken marriage.
This was agreeable to me. But she had something more, she asked me to recall how I had carried her into out bridal room on our wedding day. She requested that every day for the month’s duration I carry her out of our bedroom to the front door ever morning. I thought she was going crazy. Just to make our last days together bearable I accepted her odd request.
I told Jane about my wife’s divorce conditions. . She laughed loudly and thought it was absurd. No matter what tricks she applies, she has to face the divorce, she said scornfully.
My wife and I hadn’t had any body contact since my divorce intention was explicitly expressed. So when I carried her out on the first day, we both appeared clumsy. Our son clapped behind us, daddy is holding mommy in his arms. His words brought me a sense of pain. From the bedroom to the sitting room, then to the door, I walked over ten meters with her in my arms. She closed her eyes and said softly; don’t tell our son about the divorce. I nodded, feeling somewhat upset. I put her down outside the door. She went to wait for the bus to work. I drove alone to the office.
On the second day, both of us acted much more easily. She leaned on my chest. I could smell the fragrance of her blouse. I realized that I hadn’t looked at this woman carefully for a long time. I realized she was not young any more. There were fine wrinkles on her face, her hair was graying! Our marriage had taken its toll on her. For a minute I wondered what I had done to her.
On the fourth day, when I lifted her up, I felt a sense of intimacy returning. This was the woman who had given ten years of her life to me. On the fifth and sixth day, I realized that our sense of intimacy was growing again. I didn’t tell Jane about this. It became easier to carry her as the month slipped by. Perhaps the everyday workout made me stronger.
She was choosing what to wear one morning. She tried on quite a few dresses but could not find a suitable one. Then she sighed, all my dresses have grown bigger. I suddenly realized that she had grown so thin, that was the reason why I could carry her more easily.
Suddenly it hit me… she had buried so much pain and bitterness in her heart. Subconsciously I reached out and touched her head.
Our son came in at the moment and said, Dad, it’s time to carry mom out. To him, seeing his father carrying his mother out had become an essential part of his life. My wife gestured to our son to come closer and hugged him tightly. I turned my face away because I was afraid I might change my mind at this last minute. I then held her in my arms, walking from the bedroom, through the sitting room, to the hallway. Her hand surrounded my neck softly and naturally. I held her body tightly; it was just like our wedding day.
But her much lighter weight made me sad. On the last day, when I held her in my arms I could hardly move a step. Our son had gone to school. I held her tightly and said, I hadn’t noticed that our life lacked intimacy. I drove to office…. jumped out of the car swiftly without locking the door. I was afraid any delay would make me change my mind…I walked upstairs. Jane opened the door and I said to her, Sorry, Jane, I do not want the divorce anymore.
She looked at me, astonished, and then touched my forehead. Do you have a fever? She said. I moved her hand off my head. Sorry, Jane, I said, I won’t divorce. My marriage life was boring probably because she and I didn’t value the details of our lives, not because we didn’t love each other anymore. Now I realize that since I carried her into my home on our wedding day I am supposed to hold her until death do us apart. Jane seemed to suddenly wake up. She gave me a loud slap and then slammed the door and burst into tears. I walked downstairs and drove away. At the floral shop on the way, I ordered a bouquet of flowers for my wife. The salesgirl asked me what to write on the card. I smiled and wrote, I’ll carry you out every morning until death do us apart.
That evening I arrived home, flowers in my hands, a smile on my face, I run up stairs, only to find my wife in the bed - dead. My wife had been fighting CANCER for months and I was so busy with Jane to even notice. She knew that she would die soon and she wanted to save me from the whatever negative reaction from our son, in case we push through with the divorce.— At least, in the eyes of our son—- I’m a loving husband….
The small details of your lives are what really matter in a relationship. It is not the mansion, the car, property, the money in the bank. These create an environment conducive for happiness but cannot give happiness in themselves. So find time to be your spouse’s friend and do those little things for each other that build intimacy. Do have a real happy marriage!
I saw this on tumblr, i shared it because i just might save someone marriage. Many of life’s failures are people who did not realize how close they were to success when they gave up.
Jul 7, 2011
Berapa IQ kamu? silakan test di sini
Yayyyy.. seperti biasa saya pasti setiap hari mampir ke blog mbak Fanny Sang Cerpenis. Selain menikmati instrumental Kiss The Rain, juga suka baca isi blognya yang memotivasi kadang lucu.
Tapi kali ini saya mau mengetes IQ saya dengan ikutan giveawaynya mbak Fanny. Selain itu saya mupeng dengan hadiahnya hihihihihi...
Ini dia yang harus saya utak-atik untuk ngedaptin hadiahnya.
ya.... seputar angka juga yang saya temui tiap hari. between angka 0-9 yang diputarbalikkan kadang bikin sinting klo tidak balance kadang nombok. hahahhahaa..
langsung aja ya. Jika:
5+3+2 =151022
9+2+4 =183652
8+6+3 =482466
5+4+5 =202541
6+5+9 =305479
Maka:
7+7+7 = ..... (berapakah jawabnya)
Merem, melek... agak muter otak dikit... owwwww... I got the clue :)
JAWABANNYA ADALAH: 494991
Mbak Fanny,
saya tertarik dengan novel ini "Confessions of a Shopaholic karya Sophie Kinsella"
Semoga menang :) eh.... bener gak tuh jawaban saya.
Tapi kali ini saya mau mengetes IQ saya dengan ikutan giveawaynya mbak Fanny. Selain itu saya mupeng dengan hadiahnya hihihihihi...
Ini dia yang harus saya utak-atik untuk ngedaptin hadiahnya.
ya.... seputar angka juga yang saya temui tiap hari. between angka 0-9 yang diputarbalikkan kadang bikin sinting klo tidak balance kadang nombok. hahahhahaa..
langsung aja ya. Jika:
5+3+2 =151022
9+2+4 =183652
8+6+3 =482466
5+4+5 =202541
6+5+9 =305479
Maka:
7+7+7 = ..... (berapakah jawabnya)
Merem, melek... agak muter otak dikit... owwwww... I got the clue :)
JAWABANNYA ADALAH: 494991
Mbak Fanny,
saya tertarik dengan novel ini "Confessions of a Shopaholic karya Sophie Kinsella"
Semoga menang :) eh.... bener gak tuh jawaban saya.
Jul 5, 2011
Jul 1, 2011
Bakat Terpendam
Hai...
First day of July ya. :) walau sibuk tetep disempatkan BW dong paling nggak cari info terbaru teman2 blogger, maaf ya gak sempat ninggalin jejak. Penyakit blog saya saat comment blom sembuh.
Barusan saya dapat quote bagus dari blognya Hany Pojok utak-atik . Quotenya begini:" Your talent is God's gift to you. How you use it is your gift to God".(Country saying).
Saya jadi teringat dengan bakat terpendam saya. apaan tuh????
Ceritanya saya sangat ingin pengen banget menyanyi di gereja. hahahahahaha... Kalau saya menyanyi di kamar mandi, saya mendengar sendiri suara saya cukup merdu. amboiiii mak PEDE banget ya. nah, justru karena saya nggak PEDE lagi makanya saya takut bakat/talenta saya itu dicabut karena belum digunakan dengan tepat :)
Kembali lagi saya pengen menyanyi di gereja. Tapi saya tidak PEDE bagaimana dong?
Kalau menyanyi paduan suara sih Oke ya. Menyanyi vocal grup juga Oke! tapi kalau solo hmmmmm... Saya pernah menyanyi solo di gereja, pertama kali di Duri, Riau tahun 2002 (di hadapan anak-anak murid SMP ketika acara PA, saya pernah jadi guru). tapi suara saya bergetar. Saya nervous di hadapan anak-anak.
Kemudian masih di Duri, Riau di tahun yang sama juga saya menyanyi solo mengiringi acara pernikahan lagunya berjudul" THE LORD PRAYER". Wowwwww... entah bagaimana hasilnya saya tidak tau. tapi saya mendengar suara saya cukup merdu (ngibur diri apa nih).
Ketiga kalinya saya menyanyi solo menyambut tahun baru di kampus saya tahun 2004. Katanya suara saya cukup bagus. Tapi masih perlu lebih sering latihan katanya.
Dan itu yang terakhir kalinya saya menyanyi solo. Pernah berduet dengan Om San di gereja Bintaro tahun 2008. Trus kata Kak Loody begini:" Kenapa loe gak daftar Indonesian Idol, Rik? Whatttt??? Are you kidding???
Intinya saya ingin menyanyi untuk Tuhan, tapi saya takut suara saya tidak bagus. Saya nervous. :)
Suatu hari nanti saya pasti akan menyanyi solo lagi.
Setiap hari di perjalanan saya pulang pergi kantor sambil mendengarkan lagu ini.
IT IS WELL WITH MY SOUL
When peace, like a river, attendeth my way,
When sorrows like sea billows roll;
Whatever my lot, Thou has taught me to say,
It is well, it is well, with my soul.
It is well, it is well,
With my soul, with my soul,
It is well, it is well, with my soul.
Though Satan should buffet, though trials should come,
Let this blest assurance control,
That Christ has regarded my helpless estate,
And hath she'd His own blood for my soul.
It is well, It is well,
With my soul, with my soul
It is well, it is well, with my soul.
My sin, oh, the bliss of this glorious thought!
My sin, not in part but the whole,
It was nailed trough his cross, and I bear it no more,
Bless the Lord, bless the Lord, O my soul!
It is well, It is well
With my soul, with my soul
It is well, it is well, with my soul
(Lirik diambil dari sini
Suatu hari nanti saya akan menyanyikan lagu ini solo di gereja. Semuanya untuk kemuliaan Tuhan. Semoga Tuhan tidak keburu mencabut talenta menyanyi saya.
First day of July ya. :) walau sibuk tetep disempatkan BW dong paling nggak cari info terbaru teman2 blogger, maaf ya gak sempat ninggalin jejak. Penyakit blog saya saat comment blom sembuh.
Barusan saya dapat quote bagus dari blognya Hany Pojok utak-atik . Quotenya begini:" Your talent is God's gift to you. How you use it is your gift to God".(Country saying).
Saya jadi teringat dengan bakat terpendam saya. apaan tuh????
Ceritanya saya sangat ingin pengen banget menyanyi di gereja. hahahahahaha... Kalau saya menyanyi di kamar mandi, saya mendengar sendiri suara saya cukup merdu. amboiiii mak PEDE banget ya. nah, justru karena saya nggak PEDE lagi makanya saya takut bakat/talenta saya itu dicabut karena belum digunakan dengan tepat :)
Kembali lagi saya pengen menyanyi di gereja. Tapi saya tidak PEDE bagaimana dong?
Kalau menyanyi paduan suara sih Oke ya. Menyanyi vocal grup juga Oke! tapi kalau solo hmmmmm... Saya pernah menyanyi solo di gereja, pertama kali di Duri, Riau tahun 2002 (di hadapan anak-anak murid SMP ketika acara PA, saya pernah jadi guru). tapi suara saya bergetar. Saya nervous di hadapan anak-anak.
Kemudian masih di Duri, Riau di tahun yang sama juga saya menyanyi solo mengiringi acara pernikahan lagunya berjudul" THE LORD PRAYER". Wowwwww... entah bagaimana hasilnya saya tidak tau. tapi saya mendengar suara saya cukup merdu (ngibur diri apa nih).
Ketiga kalinya saya menyanyi solo menyambut tahun baru di kampus saya tahun 2004. Katanya suara saya cukup bagus. Tapi masih perlu lebih sering latihan katanya.
Dan itu yang terakhir kalinya saya menyanyi solo. Pernah berduet dengan Om San di gereja Bintaro tahun 2008. Trus kata Kak Loody begini:" Kenapa loe gak daftar Indonesian Idol, Rik? Whatttt??? Are you kidding???
Intinya saya ingin menyanyi untuk Tuhan, tapi saya takut suara saya tidak bagus. Saya nervous. :)
Suatu hari nanti saya pasti akan menyanyi solo lagi.
Setiap hari di perjalanan saya pulang pergi kantor sambil mendengarkan lagu ini.
IT IS WELL WITH MY SOUL
When peace, like a river, attendeth my way,
When sorrows like sea billows roll;
Whatever my lot, Thou has taught me to say,
It is well, it is well, with my soul.
It is well, it is well,
With my soul, with my soul,
It is well, it is well, with my soul.
Though Satan should buffet, though trials should come,
Let this blest assurance control,
That Christ has regarded my helpless estate,
And hath she'd His own blood for my soul.
It is well, It is well,
With my soul, with my soul
It is well, it is well, with my soul.
My sin, oh, the bliss of this glorious thought!
My sin, not in part but the whole,
It was nailed trough his cross, and I bear it no more,
Bless the Lord, bless the Lord, O my soul!
It is well, It is well
With my soul, with my soul
It is well, it is well, with my soul
(Lirik diambil dari sini
Suatu hari nanti saya akan menyanyikan lagu ini solo di gereja. Semuanya untuk kemuliaan Tuhan. Semoga Tuhan tidak keburu mencabut talenta menyanyi saya.
Subscribe to:
Posts (Atom)