Dec 14, 2011

Ajal hanya Tuhan yang Tahu

Hari minggu kemarin, kami sekeluarga mengunjungi kakak sepupu saya di Bintaro. Beberapa minggu yang lalu, bapak mertuanya meninggal dunia. Bapak mertuanya yang adalah juga mantan dosen di salah satu perguruan tinggi swasta di Sumatera Utara tempat saya pernah berkuliah. Beliau kenal baik dengan saya, walaupun tidak pernah mengajar di kelas saya.

Kematiannya cukup tenang, damai. Tidak merepotkan anak-anak dan anggota keluarganya. Ceritanya mertua (laki laki dan perempuan) kakak saya ini mau mengunjungi anaknya di Australia. Dari Medan mereka ke Bandung dulu ke rumah anak sulungnya. Direncanakan berangkat dari Jakarta tanggal 4 desember 2011. Hari sabtu sore keluarga kakak saya berangkat ke Bandung sekalian mau menitipkan oleh-oleh.

Hari minggu, seharian mertua kakak saya ini masih jalan-jalan ditemani putra keduanya (suami kakak saya) untuk membeli oleh-oleh untuk dibawa ke Australia. Tidak ada menunjukkan tanda-tanda aneh. Dan minggu malam kakak saya sekeluarga kembali ke Jakarta karena harus bekerja dan anak-anaknya harus sekolah. Namun Tuhan berkehendak lain. Hari senin tanggal 28 November Tuhan memanggilnya untuk beristirahat sementara dari kesibukan dunia ini. Meninggal dalam tidur malamnya yang panjang tanpa keluhan rasa sakit, atau yang lain. Tidak ada yang melihatnya menghembuskan nafas terakhirnya. Tidak ada yang melihat saat dia meregang nyawa. Isterinya yang tidur disampingnya pun tidak merasakan hal aneh ketika beliau beranjak dari tidur di senin subuh. Tidak ada pesan ditinggalkannya. Hanya Tuhan dan malaikat saja yang tau mungkin.

Dan kemarin sore mertua dari ibu tetangga sebelah rumah saya pun dipanggil Tuhan. Tadi pagi pagi sebelum saya dan suami berangkat kerja kami mampir. Keluarga yang berduka pak Agus menceritakan bahwa sang ibunda pun meninggal dengan tenang dalam tidurnya di sore hari. Tanpa mengeluh rasa sakit. Dan tanpa pesan. Hanya dua hari sebelumnya katanya sang ibu mengatakan kurang enak makan.

Ajal kita hanya Tuhan yang tahu. Jika Tuhan berkehendak, tidak ada yang bisa menangguhkan. Untuk itu, marilah kita berserah senantiasa kepadaNya. Jangan berhenti berbuat baik, seolah hari ini adalah hari terakhir kita hidup.

R.I.P: Bapak RM. Pardosi

8 comments:

Unknown said...

begitulah usia manusia. tak pernah bisa ditebak.

Alaika Abdullah said...

bener banget mba, hanya Tuhan yang tau kapan seorang manusia harus kembali kepadaNya. Dan setiap orang punya cara tersendiri dalam menghadap Tuhannya, yang tentu telah digariskan olehNya..

Semoga yang telah pergi, dapat beristirahat dalam damai ya mba.... Amin.

Nuel Lubis, Author "Misi Terakhir Rafael: Cinta Tak Pernah Pergi Jauh" said...

turut berduka

:(

amaq aziz said...

saya turut berduka. saya pengen mati tidak menyusahkan orang2 di sekitar saya. mati dengan damai

Gaphe said...

tidak ada yang tahu yah kapan seorang manusia dipanggil sama Tuhannya.

buat yang masih hidup jadi bahan renungan

Elfrida Chania said...

I'm speechless haha :D

Btw, visit my blog back please?
http://elfridachania-words.blogspot.com/

Rika Purba said...

terimakasih semuanya ya atas dukungan dan doanya.

Elsa said...

iya ya Mbak
aku juga sering berdoa tuh
semogaaaa kelak kematianku tidak merepotkan banyak orang