Kulihat Maryoto senyum-senyum sembari memandangi HP di
tangannya. Tidak lama kemudian dia tertawa cekikikan di depan komputer di ruang
kerjanya. Saya tidak ambil pusing. Mungkin dia baru menerima sms forward yang
isinya gokil atau sedang browsing Dari mbah
google. Ya, hanya dia yang tau.
Maryoto adalah rekan kerja saya. Dia menjabat sebagai
marketing manager di perusahaan tempat kami bekerja. Jabatan ini tidak
didapatnya dengan mudah. Tapi dia melalui anak tangga karir di nol di
perusahaan ini. Mulai dari Office boy. Siapa sangka seorang Maryoto dari office
boy bias menjadi marketing manager? Tapi itulah kenyataannya. Keuletan dan
kesetiaannya tak terkecuali rezeki dari Tuhan menuntunnya kepada jabatan itu.
Maryoto orangnya
supel, mudah bergaul, dan baik hati. Pembawaannya yang luwes dan penuh canda
tawa membuat para customer kami pun menyukainya.
-------------
Hari ini, saya berencana pulang dari kantor tepat waktu.
Karena sudah beberapa hari saya pulang malam karena kerjaan yang begitu
padat. Setelah beberes peralatan kerja saya, saya berkemas sembari berdiri
keluar ruangan saya. Kemudian mengunci pintu ruangan. Lalu saya menuju ruangan
Maryoto yang kebetulan bersebrangan dengan ruangan saya untuk mengambil barang titipan saya. Saya memesan cake dari isteri
Maryoto yang handal memasak itu.
Sembari keluar dari ruangan Maryoto, Maryoto sembari bergumam memanggil saya. Saya berbalik kembali masuk ke ruangannya. Lalu Maryoto bercerita tentang
hal yang akhir – akhir ini mengganggu pikirannya.
“ Saya mencintai perempuan yang sudah bersuami bu” kata
Maryoto membuka pembicaraan kami sore ini. Maryoto yang duduk di kursi kerjanyasembari menyilangkan kedua tangannyadi bawah kepalanya sambil bersandar
di kursi. Matanya menerawang jauh.
Duggg…. Hati saya tersentak. Tapi saya tidak menunggu
kekagetan saya di hadapan Maryoto.Saya berusaha tenang dan mendengarkan
kata-katanya.
“ Perasaan ini lebih bu. Lebih dari perasaan cinta saya
kepada isteri saya. Perasaan saya ketika masih muda dulu”. Maryoto melanjutkan.
Saya melihat kegalauan di pelupuk matanya.Saya melirik Maryoto, dia sepertinya sudah selesai dengan
kata-katanya. Dia terdiam. Lalu sayamengambil alihkan pembicaraan.
“Dari mana kamu kenal perempuan itu?” kata saya.
Maryoto diam sejenak. Jelas terlihat hatinya galau.Lama baru
saya mendapat jawaban darinya.
“Dari facebook bu”. Sahutnya pelan.
“Hahhhh….” Kata saya
tanpa sanggup menutupi perasaan kaget saya. Dalam hati saya menjerit. Ahhhh…
Tuhan. Maryoto telah kena virus perselingkuhan lewat facebook.
“Apakah kalian sudah pernah kopdar (kopi darat alias
ketemuan)?” desak saya
“Sudah bu” lanjut Maryoto pelan
Pembicaraan kami terhenti karena HP Maryoto bunyi.
“ Mungkin ini sms dari dia bu”. Ujar Maryoto sembari membuka
HP nya di depan saya. Dan betul, Maryoto mendapat sms dari wanita itu, wanita
yang notabene isteri orang. Sudah mempunyai suami. Haruskah saya menyalahkan wanita itu?
Otak saya mulai berkecamuk. Kira-kira apa isi sms wanita
itu? Apakah isinya ajakan untuk ketemuan sepulang kerja? Ataukah berbunyi
seperti ini:” sudah mau pulang ya sayang, hati-hati di jalan ya. Muachhhh…
muaacchhh… “ Ah, pikiran saya jadi mengada-ada.
“Saya harus bagaimana bu?” lanjut Maryoto memecah
keheningan.
Saya diam. Saya bingung mau berkata apa. Saya bingung mau
memulai darimana. Pikiran saya berkecamuk.
Maryoto adalah teman kerja saya sudah hampir lima tahun di
perusahaan ini. Saya cukup kenal dia. Maryoto mempunyai dua orang anak yang
sudah remaja. Isterinya memang hanya sebagai ibu rumah tangga.
Saya masih ingat betul kejadian setahun yang lalu. ketika
Maryoto pernah cerita, isterinya di bawa ke psikiater. Katanya isterinya
cemburu. Isterinya mempunyai pemikiran kalau Maryoto punya selingkuhan. iya, itu dulu. setahun yang lalu. Awalnya
karena bercanda. Ketika itu Maryoto mendapat kaos dari customer kami dan
dipakai di rumah, ketika ditanya isterinya tentang kaos itu dapat darimana,
ceplos Maryoto menjawab:” dari pacarku” kata Maryoto begitu. Itulah awalnya
isteri Maryoto jadi sering kumat dan tidak terkendalikan pikirannya. Dia tidak bisa
tidur dan kalau pikirannya sudah kacau, tidak segan-segan memukul Maryoto dan
terjadilah baku hantam suami isteri. Itulah pengakuan Maryoto.Dan hari ini, kenyataan itu benar. Maryoto berselingkuh dengan wanita lain. Wanita yang sudah bersuami. Yang dikenalnya lewat facebook. Ahhh...
“Berapa umurmu sekarang” kata saya.
“ Empat puluh tahun bu” jawab Maryoto.
“ Mungkin kamu sedang kena virus puber kedua” kata saya
menebak
“ Apa iya ya bu? Sepanjang hari, sepanjang malam wanita itu
hadir dalam pikiran saya” lanjut Maryoto
“ Banyaklah berdoa. Ingat anak-anakmu. Ingat isterimu sudah
pernah sakit kan. Bagaimana kalau isterimu tahu tentang hal ini, lalu sakit
semakin parah lagi, dan kenyataan pahitnya isterimu meninggal, bagaimana dengan
anak-anakmu? Okelah kamu bias kawin lagi. Tapi anakmu, kasihan mereka”. Kata
saya pelan.
“ Wanita itu mungkin kamu kenal hanya luarnya saja. Mungkin Cuma
10% kekosongan hatimu diisi olehnya. Tapi masih ada 90% tempat isterimu. Jangan
karena wanita itu bersepatu tinggi sedangkan isterimua hanya bersendal di
rumah, kamu langsung berpaling muka kepada wanita itu?. Cobalah merenung.
Banyak berdoa ya. Saya turut mendoakan kamu” lanjut saya panjang lebar.
Entah
kekuatan apa yang membuat saya bisa berkata-kata seperti itu. Saya yang masih
bau kencur begini, menasihati Maryoto yang umurnya satu sepertiga umur saya.
Maryoto tercenung. Entah apa yang ada di pikirannya saat
ini. Apakah dia sedang berkhayal tentang wanita itu, ataukah pikirannya ke
rumah, kepada isterinya yang sedang menyiapkan makan malam untuk keluarga
mereka. Yang selalu setia membuatkan kopi untuk Maryoto setiap pagi.
Entahlah.
“ Okelah, saya pamit dulu ya. Terimakasih karena sudah mau
bercerita pada saya”. Lalu saya pamit pulang. Saya
keluar dari ruangan Maryoto dan langsung pulang.
Dalam perjalanan pulang ke rumah, saya merenungkan
pembicaraan saya barusan dengan Maryoto. Sambil memandangi kendaraan berlalu
lalang lewat kaca bis, pikiran saya menerawang kemana-mana.
Bagaimana nanti
jika isteri Maryoto tahu jika suaminya selingkuh? Bagaimana perasaan Maryoto
jika isterinya yang selingkuh? Ahhhh… otak saya capek memikirkannya. Dan tak
terasa saya ketiduran bersama khayalan saya di dalam bis ini. Tiba-tiba kernet
bis membangunkan saya, bahwa tujuan saya sudah sampai.
“Ahhh… Maryoto, Maryoto. Semoga kamu bertobat. Kasihan
isterimu”. Gumam saya sembari turun dari bis.