Feb 24, 2011

Dari Jualan Pisang Ambon Sampai Toko Online

Saya masih ingat ketika saya masih SD, saya sering banget berjualan di sekolah. Ini bukan iseng-iseng karena memang saya perlu uang untuk membayar uang sekolah saya pada waktu itu. Apa yang saya jual waktu itu? Kadang pisang ambon matang, atau satu dua kilo buah salak. Sasaran saya adalah guru-guru. Saya senang sekali kalau salah satu guru membeli sesisir pisang jualan saya. Jangan mengira saya penjual yang handal. Saya ini seorang pemalu. Jualan saya hanya saya taruh di belakang ruangan kelas. Nanti ketika guru yang mengajar jalan kearah belakang mengawasi murid yang duduk paling belakang, saya berharap guru melirik dagangan saya. Klo dilirik pasti dibeli. Saya senang banget klo dagangan saya terjual habis.

Ketika saya mulai bekerja beberapa tahun yang lalu niat berjualan saya timbul lagi, Berawal dari hobby saya hunting di internet, saya ngiler melihat toko-toko online. Saya ingin seperti mereka. Karena kalau saya hitung-hitung keuntungan yang didapat sangatlah banyak. Selain tidak perlu keluar rumah mengerjakannya cukup dengan komputer dan internet saja.

Saya tertarik menjual pakaian bekas.. Karena saya liat sekitar tahun 2008 vintage alias baju jadul sangat diminati. Saya mencoba membeli baju bekas aka vintage ini secara online. Saya ingin melihat langsung kualitas barang dan membandingkan harga yang dipatok untuk barang tersebut. Akhirnya saya mengikuti jejak si pedagang baju bekas online. Saya menjajaki pasar seken seperti pasar senen dan pasar baru. Semua saya lakukan sendirian. Saya jarang pergi berbelanja dengan orang lain. Saya lebih pede hunting sendirian. Walaupun pada waktu itu saya sudah punya pacar (yang sekarang jadi suami saya), bahkan pacar saya sendiri tidak tahu tentang kegiatan saya. Dan kalau pacar saya mengajak jalan-jalan, saya selalu berusaha mengatur jadwal supaya tidak bentrok dengan jam hunting saya.

Setiap kali ke pasar senen, saya suka kalap memilih baju-baju. Sampai kadang – kadang yang saya bawa pulang adalah sesuai selera saya. Selera saya belum tentu selera orang bukan?

Sepulang dari hunting baju-baju saya cuci bersih dengan tangan. lalu di jemur. Pada waktu itu saya masih nge-kost. Kadang-kadang suka ditanyain sama anak kost bajunya dari mana, saya hanya nyengir kuda tidak jawab. Ya, mungkin bagian dari gengsi kali yah, not good!!

Setelah baju-baju kering saya setrika sampai halus dan wangi. Lalu baju di foto dan di ukur satu-satu. Setelah baju di foto dan diukur, baju-baju dilipat lagi dan simpan. Baru saya upload di lapak saya di multiply. Peminatnya lumayan banyak. Saya sempat beberapa kali ambil barang ke senen.

Tapi saya tidak lama berjualan baju seken. Saya tertarik dengan produk kesehatan yang saya dapat lewat online juga. Akhirnya saya terjun jadi penjual produk itu. Dan produk ini pun saya jual online dengan membuka lapak online yang ini. Puji Tuhan sampai saat ini saya punya pelanggan tetap baik di dalam maupun di luar negeri.

Bukan hanya itu, saya juga melirik peluang berjualan baju hamil. Berawal dari kesulitan saya mendapatkan baju hamil yang oke untuk dipakai ke kantor, saya pun browsing supplier baju hamil. Akhirnya pucuk dicinta ulam pun tiba. Saya menemukan supplier yang saya inginkan. Oiya, saya juga memasarkan baju-baju hamil ini secara online. Saya tidak berani menawarkan secara offline. Saya malu. MALU apa GENGSI ya? Walau tetangga saya sama-sama hamil seperti saya, saya tidak berani menawarkan jualan saya kepadanya. Ya begitulah.

Tapi saat ini lapak online baju hamil saya agak terabaikan. Oleh karena kerepotan saya bekerja di kantor dan mengurus anak tanpa asisten. Selain jadi isteri, jadi ibu juga wanita bekerja ditambah mengelola dua lapak online ternyata sangat menguras tenaga dan pikiran saya. Baru saya sadar, ternyata saya bukan super woman. Hehehhe..
Saya harus mencurahkan sebagian besar perhatian saya kepada anak saya Bev. Dia masih sangat membutuhkan saya. Urusan lapak biarlah nomor kesekian ya.

Tapi semua saya jalani dengan penuh syukur. Bersyukur saya bisa menghasilkan uang sendiri. Merasakan susahnya mendapatkan uang. Juga bersyukur karena sekarang saya sudah punya anak dan saya sudah jadi orangtua. Betapa memang pengorbanan orangtua terhadap anaknya sungguh luar biasa. Hanya bisa saya rasakan setelah saya jadi orangtua.

3 comments:

moonlite! said...

yang penting semua untuk anak mbak. tapi bakal jauh lebih penting lagi kalo mbak ngelakuin itu karena emang mbak suka :D hihihi saya juga hobi kok jualan tapi mungkin ke produk buatan sendiri ;) semangat ya mbak buat si baby.

Rika Purba said...

@Ata,
dari mulai tidak suka karena terpaksa, sampai jadi hobby Ta :)

Mira said...

Halo mbak, salam kenal ya :) Masih suka ke senen ga mbak? Dulu waktu suka pergi sendiri ke senen ga takut mbak? soalnya aku juga mau ke senen sendiri :)